Sukses

Makan Telur Setengah Matang Tidak Bikin Diare, Asal...

Makan telur setengah matang tidak menyebabkan diare maupun keracunan makanan asalkan telur tidak mengandung bakteri salmonella.

Liputan6.com, Jakarta Makan telur setengah matang tidak menyebabkan diare asalkan telur tersebut bebas dari bakteri Salmonella. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat, bakteri Salmonella berada di dalam telur, yang dapat membuat Anda sakit, terutama jika Anda makan telur mentah atau tidak dimasak dengan matang. Hal ini bisa membuat Anda keracunan makanan, salah satu contohnya diare.

Salmonella merupakan sekelompok bakteri yang menjadi penyebab umum keracunan makanan di Amerika Serikat. Kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella mengalami diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah sebanyak 12 sampai 72 jam setelah terinfeksi.

Gejala keracunan makanan biasanya berlangsung selama 4-7 hari. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat mencatat, kebanyakan orang sehat kembali tanpa pengobatan.

Artikel terkait: Melihat Proses Pemotongan Ayam di Rumah Potong Hewan Unggas

Pada beberapa orang, diare mungkin sangat parah sehingga perlu dirawat di rumah sakit. Pada pasien yang mengalami keracunan makanan parah ini, infeksi Salmonella dapat menyebar dari usus ke aliran darah. Kemudian menyebar ke seluruh tubuh lain.

Pada tahap lanjut dapat menyebabkan kematian, kecuali orang tersebut diobati dengan cepat menggunakan antibiotik. Orang-orang tertentu punya risiko lebih besar terkena infeksi bakteri Salmonella, yakni anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, wanita hamil, dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah (pasien transplantasi dan pasien yang punya riwayat HIV/AIDS, kanker, diabetes).

Artikel terkait: Warna Daging Ayam Berubah Merah Setelah Disimpan di Kulkas, Kenapa ya?

“Bakteri Salmonella bisa membuat orang diare, makanya seharusnya Salmonella itu negatif (free) dari induknya (breeder). Tapi kita harus tetap hati-hati. Karena (bukan hanya di telur saja), Salmonella ada di mana-mana,” papar Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan (KPKP) DKI Jakarta Sri Hartati usai diskusi tentang manajemen perunggasan di Hotel Ibis Menteng, Jakarta pada 6 Oktober 2018.

 

 

Memperingati Hari Pangan Sedunia 2018, jurnalis Liputan6.com menayangkan liputan khusus tentang proses pengolahan daging ayam yang tepat. Tulisan ini merupakan tulisan kedua yang membahas bagaimana keamanan makan telur setengah matang dan penyimpanan telur yang bebas dari bakteri Salmonella penyebab diare.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

2 dari 3 halaman

Penanganan telur yang tepat

Untuk mencegah bakteri Salmonella, proses penanganan ayam dan telur juga harus bersih.  Selama menangani telur dengan baik, telur dapat terbebas dari bakteri tersebut. Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat membeberkan penanganan telur ayam bertelur.

Yang harus diperhatikan adalah cangkang telur dapat terkontaminasi dengan Salmonella melalui proses peletakan atau setelah telur diletakkan. Kontaminasi bakteri dapat terjadi di lingkungan melalui pakan unggas yang terkontaminasi atau alas tidur ayam.

Trik menangani telur antara lain:

1. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah memegang telur, ayam, atau apa pun di dalam kandang.

2. Gunakan pembersih tangan jika sabun dan air tidak tersedia.

3. Pertahankan kandang yang bersih. Bersihkan kandang, lantai, sarang, dan tempat bertengger secara teratur. Ini akan membantu jaga telur tetap bersih.

4. Jangan mencuci pakan dan piring air di dalam ruangan atau di tempat yang mana makanan disimpan atau disiapkan, seperti tempat cuci piring.

5. Jangan biarkan anak-anak lebih muda. Anak usia 5 tahun maupun orang dewasa yang berusia lebih dari 65 tahun atau orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti sehabis menjalani pengobatan kanker, HIV/AIDS atau transplantasi organ menangani atau menyentuh anak ayam, anak bebek, atau unggas hidup lainnya.

6. Kumpulkan telur sesering mungkin. Telur yang menghabiskan waktu maka di sarang bisa menjadi kotor atau pecah. Telur retak harus dibuang.

7. Telur dengan kotoran dapat dibersihkan dengan amplas halus, sikat atau kain. Jangan mencuci telur karena air yang lebih dingin dapat menarik bakteri ke dalam telur. Bakteri akan masuk ke dalam telur.

8. Dinginkan telur setelah dikumpulkan. Anda bisa menyimpannya di kulkas.

9. Masak telur secara matang. Telur mentah dan setengah matang dapat mengandung bakteri Salmonella yang dapat membuat Anda sakit.

3 dari 3 halaman

Bebas Salmonella

Ketika penanganan telur sudah tepat, makan telor setengah matang pun tidak masalah. Contohnya, jika Anda ingin makan egg  benedict dengan telur setengah matang yang melumer pun aman dikonsumsi. Egg benedict termasuk menu sarapan populer orang Amerika. Menu terdiri dari dua potong English muffin yang dilapisi ham atau bacon, poached eggs, dan saus Hollandaise.

“Makan telur setengah matang sah-sah saja, kalau enggak ada Salmonella-nya,” Tati melanjutkan.

Agar telur bebas Salmonella juga berkat upaya pemerintah menjamin telur yang baik untuk dikonsumsi. Ada jaminan dari pemerintah, missal kehalalan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) maupun sertifikat halal produk.

“Yang pasti Salmonella pada unggas harus free negative. Jadi, breeder-breeder yang produksi DOC (Day Old Chicken)--ayam dengan umur dibawah 10 hari dan paling lama 14 hari setelah ayam menetas—harus free salmonella,” ujar Tati.

Selain itu, sistem Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) juga menjamin telur terjamin baik. Hal ini dilihat dari alat angkut harus berpendingin. Kemudian di swalayan ada NKV (Nomor Kontrol Veteriner). NKV adalah sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higienis-sanitasi. Adanya persyaratan ini sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan.