Liputan6.com, Jakarta Istilah friend zone pertama kali booming di media tahun 1994 semenjak tayangnya serial televisi Friends di Amerika. Serial ini menceritakan tentang pertemanan tiga orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Mereka saling berinteraksi dalam pekerjaan, masalah keluarga, dan kehidupan sehari-hari layaknya seorang teman dekat. Namun, salah satu laki-laki dari mereka menginginkan hubungan yang lebih dari “sekadar teman” dengan seorang teman perempuannya. Dari sinilah istilah friend zone mulai marak digunakan oleh para remaja yang sedang galau dengan hubungan asmaranya.
Apa itu Friend Zone?
Baca Juga
Friend zone adalah sebuah istilah yang menggambarkan situasi dimana salah satu individu dalam hubungan pertemanan menginginkan perasaan dan hubungan yang lebih intens. Masalahnya, terkadang keinginan dan perasaan ini tidak disadari oleh partner atau teman lawan jenis. Alhasil, individu yang memiliki perasaan “lebih” ini terjebak dalam sebuah hubungan yang dinamakan “friend zone”. Friend zone bukan termasuk hubungan asmara karena tidak terdapat pembangunan komitmen jangka panjang.
Advertisement
Memang, terjebak dalam situasi seperti ini tidaklah mudah dan menyenangkan. Terkadang, hal ini membuat kita merasa frustrasi. Namun, bukan berarti kita tidak dapat melakukan apapun.
Akui dan Nyatakan Rasa Ketertarikan
Terkadang ada rasa takut untuk mengutarakan perasaan suka terhadap teman friend zone karena beberapa alasan. Salah satunya adalah ketakutan akan penolakan, menimbulkan kecanggungan, dan tidak ingin merusak hubungan pertemanan karena pernyataan cinta dari salah satunya. Namun, daripada memendam rasa dan bersikap pura-pura, lebih baik katakan yang sejujurnya. Tidak ada yang mengetahui, jangan-jangan keduanya saling memendam perasaan yang lebih. Hal ini akan membantu untuk memperjelas langkah yang bisa dipilih selanjutnya. Dengan adanya jawaban dan kepastian, kita bisa memilih apakah akan tetap memperjuangkannya atau berhenti berharap.
Cari waktu dan situasi yang tepat
Cari Waktu dan Situasi yang Tepat
Saat ingin mengungkapkan perasaan, carilah waktu yang tepat dan sesuaikan kondisinya. Carilah waktu dimana kondisi memungkinkan untuk bisa berdua dan sedang dalam kondisi emosional yang baik. Berusahalah agar tetap tenang sebelum memulai pembicaraan. Berbicaralah dengan santai selayaknya yang sering kalian lakukan sebelumnya namun tetap dengan nada yang serius. Kadang karena terlalu nyaman dengan satu sama lain, tak jarang mungkin ia akan menganggap perkataan kita sebagai lelucon.
Pahami Pendapatnya
Hal yang wajar bila kita berharap agar situasi friend zone ini akan segera berakhir dengan kepastian dan jawaban yang mutual. Namun, bila hal itu belum terjadi, tak apa. Adalah hal yang wajar bahwa kita memiliki harapan dan keinginan untuk memiliki. Namun, ingatlah, ia juga memiliki pilihan. Pahami alasan mengapa ia belum menjawab perasaan kita. Bisa jadi, saat ini ia belum memiliki keinginan untuk berkomitmen atau ia memiliki trauma di masa lalu tentang hubungan lawan jenis.
Advertisement
Tetap jadi temannya
Tetap Jadi Temannya
Gayung tak bersambut bukan berarti hubungan pertemanan akan ikut kandas. Terimalah penolakan tersebut dan tetaplah berteman dengannya. Rasa canggung saat berinteraksi dapat dicairkan dengan hubungan pertemanan yang tetap dilanjutkan setelah mengungkapkan perasaan suka. Kita tidak pernah tahu soal jodoh. Mungkin setelah ini, kita menemukan orang lain yang bisa saling memenuhi kebutuhan akan kasih sayang. Atau, bisa saja setelah menyatakan rasa ketertarikan padanya, ia justru malah akan menyadari perasaannya yang sesungguhnya.
You Deserve More
Bangkitlah dari hubungan yang masih belum jelas. Masing-masing dari kita memiliki potensi dan berhak untuk mendapatkan yang terbaik. Tak hanya teman friend zone saja yang dapat membuat kita merasa ingin mencintai dan dicintai. Kita bisa tetap menjadi pribadi yang terbuka walaupun mungkin harus gagal berulang kali untuk menemukan seseorang yang sesuai kriteria. Fokuslah terhadap kehidupan dengan melakukan aktivitas yang membuat bahagia dan lebih produktif.
Be the best version of yourself and be brave!
Tulisan Zahra Gias Tsamarah dari Pijar Psikologi untuk Liputan6.com