Sukses

Terungkap, Anjing Bisa Deteksi Malaria Lewat Bau Manusia

Dengan mengandalkan penciuman anjing yang sensitif, penelitian ini mengklaim hewan tersebut bisa mendeteksi malaria pada seseorang

Liputan6.com, Jakarta Anjing ternyata bisa mendeteksi malaria. Sebuah penelitian terbaru mengungkap tentang kemampuan hewan kaki empat tersebut. Anjing bisa mendiagnosis infeksi dengan cepat, akurat, dan dengan cara yang tidak invasif.

"Orang dengan parasit malaria menghasilkan bau yang berbeda pada kulit mereka. Penelitian kami menemukan, anjing yang memiliki indera penciuman sensitif, dapat dilatih untuk mendeteksi bau ini, bahkan hanya dari sobekan pakaian orang yang terinfeksi," ujar peneliti utama studi ini Steven Lindsay dikutip dari Medical News Today pada Rabu (31/10/2018).

Lindsay, yang merupakan Entomolog Kesehatan Masyarakat di Departemen Biosains di Universitas Durham, Inggris, meringkas temuan tentang anjing tersebut di American Society of Tropical Medicine and Hygiene Annual Meeting yang berlangsung di New Orleans, Amerika Serikat.

Simak juga video menarik berikut ini:

2 dari 3 halaman

Pengujian dengan kaus kaki

Penelitian tersebut dilakukan di Gambia, sebuah negara di Afrika Barat. Mereka menguji ratusan anak sekolah dengan parasit malaria dan memberi mereka kaus kaki untuk dipakai semalam.

Kaus kaki tersebut kemudian dipilah-pilah sesuai status infeksi malarianya untuk kemudian disimpan, dibekukan dan diteliti. Kemudian, kaus kaki tersebut diberikan pada anjing yang dilatih di Medical Detection Dogs untuk dianalisis. Hewan tersebut akan berhenti bergerak jika mendeteksi malaria dan bergerak jika tidak.

Dalam percobaan ini, anjing-anjing tersebut secara akurat mengidentifikasi 70 persen infeksi malaria dan 90 persen anak yang tidak memiliki penyakit.

 

3 dari 3 halaman

Parasit malaria bisa berubah

Para peneliti melaporkan bahwa tingkat parasit yang diidentifikasi oleh anjing lebih rendah daripada yang dibutuhkan dalam "tes diagnostik cepat" yang ada dan menawarkan diagnosis dalam 2–15 menit.

Namun, peneliti mengatakan bahwa ketika infeksi meningkat, parasit akan melewati berbagai tahap. Hal tersebut membuat bau pada kulit mungkin berubah. Anjing-anjing tersebut belum dilatih untuk mendeteksi pada parasit dewasa.

Para peneliti juga mengatakan, kemungkinan tingkat akurasi lebih tinggi jika anjing memiliki akses ke kaus kaki yang baru dipakai daripada yang tidak.