Â
Liputan6.com, Jakarta Untuk melayani 1.000 pasien asal Vietnam yang akan menjalani brain washing (cuci otak) atau Digital Substraction Angiography (DSA) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto butuh waktu enam bulan. Jumlah pasien yang mencapai ribuan tersebut memang memakan waktu berbulan-bulan untuk melayani seluruhnya.
Baca Juga
"Mudah-mudahan enam bulan selesai. Karena tidak bisa langsung 100 pasien (asing) juga (dalam sebulan). Untuk pasien asing ini, saya jatah sehari menangani 5 pasien,"Â kata Kepala RSPAD Gatot Soebroto Terawan Agus Putranto di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Senin (12/11/2018).
Advertisement
Adanya kapasitas soal jumlah pasien asal Vietnam agar tidak memengaruhi pelayanan terhadap pasien orang Indonesia. Artinya, pelayanan pasien asal Indonesia tetap mendapatkan pelayanan baik.
"Kami rata-rata sehari di atas 30 pasien. Maksimal 50 pasien karena peralatan di RSPAD hanya ada tiga alat yang dipakai untuk DSA," Terawan melanjutkan.
Â
Datangkan Devisa dan Investasi
Seribu pasien Vietnam untuk jalani cuci otak sebagai bentuk kerjasama antara Kedutaan Besar Vietnam untuk Indonesia dan RSPAD Gatot Soebroto dalam bidang medical tourism (wisata medis). Pasien dari berbagai negara di seluruh dunia, lanjut Terawan, antre ke RSPAD ini.
"Kenyataannnya kan (DSA) sudah dinikmat pasien dari seluruh dunia. Kami bukan mencari profit (keuntungan), tapi rumah sakit ini memberikan pelayanan terbaik untuk tamu asing," ujar Terawan menambahkan.
Kehadiran 1.000 pasien Vietnam bisa mendatangkan devisa yang baik buat negara. Perputaran ekonomi berjalan lancar.
"Pemberian pelayanan yang terbaik dari kami, ya tidak mustahil, mereka yang senang di sini berinvestasi. Beberapa di antara (pasien asing) sudah terjadi (investasi)," jelas Terawan.
Advertisement