Liputan6.com, Bandung Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengerahkan petugas medis termasuk dokter dari puskesmas yang berada di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang usai bencana banjir. Hal itu dilakukan untuk menjaga kesehatan warga yang menjadi korban banjir, baik yang masih bertahan di rumahnya maupun delapan lokasi pengungsian.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Grace Mediana Purnami, pada umumnya penyakit yang dapat menyerang warga saat bencana banjir terjadi adalah diare, penyakit kulit, demam, batuk, pilek dan gangguan pernapasan.
Baca Juga
Dalam penanganan banjir yang telah terjadi sejak Rabu, 7 November 2018 lalu, telah dilakukan berupa pengobatan dan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan puskemas keliling di lokasi penungsian.
Advertisement
"Juga kita ada pemberian lisol (desinfektan), makanan tambahan bagi balita dan ibu hamil di lokasi pengungsian. Kita akan melakukan lisolisasi dan kaporitasi pascabanjir," kata Grace saat dihubungi melalui telepon, ditulis Rabu (14/11/2018).Â
Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Â
Cuci tangan itu penting
Grace juga mengingatkan kepada jajaran tenaga kesehatna untuk mengimbau pengungsi agar melengkapi keperluan kesehatan pribadi di lokasi pengungsian. Salah satu hal yang penting seperti menyediakan peralatan mencuci tangan. Alasannya, lokasi pengungsian sangat rentan timbulnya penyakit.
Grace menuturkan pusat pelayanan kesehatan bagi pengungsi banjir saat ini berada di Kecamatan Baleendah. Tetapi untuk dua kecamatan lain, kata Grace, yaitu Bojongsoang dan Dayeuhkolot dipersiapkan hal serupa.
"Jika diperlukan kami siap mengerahkan bantuan tambahan. Kita juga telah berkoordinasi dengan instansi lainnya dalam penanganan banjir ini," kata Grace.
Hingga Selasa, 13 Novemver 2018, 441 warga dari 136 kepala keluarga menjadi pengungsi akibat banjir yang terjadi di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Banjir mulai terjadi Rabu (7/11/2018) pukul 23.40 WIB itu, terjadi akibat luapan anak sungai Citarum tidak sanggup menampung pasokan air dari berbagai daerah lainnya sehingga merendam pemukiman, fasilitas umum dan jalan raya.
Advertisement