Liputan6.com, Jakarta Lemah jantung atau istilah medisnya kardiomiopati merupakan gangguan kondisi otot jantung. Akibat dari kondisi ini, jantung dapat membesar (dilated cardiomyopathy), lebih tebal (hypertrophic cardiomyopathy) ataupun lebih kaku (restrictive cardiomyopathy). Penyebab lemah jantung umumnya sulit diketahui, namun salah satunya bisa karena bawaan sejak lahir.
Baca Juga
Advertisement
Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat membuat jantung melemah sehingga fungsi jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh ikut terganggu. Pada akhirnya, seseorang akan mengalami komplikasi, misal gagal jantung, gangguan irama jantung, dan gangguan katup jantung.
Dalam konferensi pers pers “ISICAM – InaLive 2018”, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Antonia Anna Lukito menjelaskan, lemah jantung membuat kualitas hidup pasien berkurang. Aktivitas sehari-hari ikut terganggu. Untuk menangani kondisi tersebut ada teknologi canggih bernama interatrial shunt device (IASD).
“Orang yang lemah jantung kualitas hidupnya kurang. Interatrial shunt device (IASD) ini bisa digunakan untuk orang yang lemah jantung. Pada orang yang lemah jantung, tekanan darah di jantung kiri sangat tinggi. Tekanan darah yang tinggi menimbulkan sesak napas,” jelas Antonia saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta, ditulis Selasa (27/11/2018).
Prosedur mengurangi tekanan darah dari jantung kiri harus dilakukan pada pasien lemah jantung. Tekanan darah di jantung kiiri dialirkan sedikit ke jantung kanan. Antara jantung kiri-kanan dipisahkan dengan sekat. Untuk mengalirkan darah, dibuat lubang kecil menggunakan perangkat IASD. Perangkat IASD yang berdiameter 8 mm berfungsi layaknya kran yang mengalirkan sedikit darah ke jantung kanan.
“Jadi, tekanan darahnya agak ke (jantung) kanan,” Antonia melanjutkan.
Saksikan video menarik berikut ini:
Menutup akses gumpalan darah
Tak hanya lemah jantung, pasien stroke juga bisa ditangani menggunakan bantuan perangkat canggih. Perangkat yang bernama left atrial appendage (LAA) bertujuan menutup akses masuk gumpalan darah, yang kemungkinan dapat masuk ke pembuluh darah jantung dan mengarah ke otak.
Jika gumpalan darah masuk ke otak, maka pasien akan mengalami stroke. Stroke pun bisa kambuh bila gumpalan darah masuk pembuluh darah otak. Gumpalan darah menjadi tersumbat. Aliran darah tidak mengalir ke pembuluh darah lain di otak. Kondisi ini mengakibatkan otak kekurangan aliran darah.
“Di jantung kita ada bagian yang berbentuk mirip belalai seperti usus buntu. Itu (bagian jantung mirip belalai) suka mengumpulkan darah. Jadi, kalau ada gumpalan darah di situ dan pas denyut jantungnya enggak bagus. Maka, gumpalan darah bisa masuk ke otak,” tambah Antonia, yang berpraktik di Siloam Hospital Lippo Village, Tangerang, Banten.
Yang bisa dilakukan dokter bedah yakni melakukan penutupan terhadap akses bagian jantung berbentuk belalai. Hal ini agar gumpalan darah tidak keluar dan menuju otak.
Advertisement