Liputan6.com, Jakarta HIV atau Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV bisa berakibat fatal jika tidak diobati dan bisa menular dalam keadaan tertentu. Itu sebabnya penting untuk mengetahui dengan benar cara penularan HIV, sehingga dapat menghindari penyakit tersebut.
Banyak mitos yang keliru soal penularan HIV, sehingga pengidap HIV dijauhi bukan berdasarkan alasan yang tepat. Penularan HIV tidak melalui air liur, keringat, sentuhan, ciuman, gigitan nyamuk atau bekas toilet. Penularan HIV terutama berasal dari kontak cairan tubuh seperti darah dan sperma melalui perilaku seksual dan penggunaan jarum suntik.
Baca Juga
Munculnya mitos keliru soal penularan HIV juga memperparah stigma terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang bisa mengalami diskriminasi sosial oleh masyarakat yang salah paham. Kabar keliru ini juga menghambat upaya tenaga medis dan aktivis yang ingin mengampanyekan pencegahan penyakit tersebut serta bagaimana cara merawat ODHA. Kontak sosial dengan ODHA seperti bersalaman, berpelukan sampai berciuman tak akan menularkan virus HIV/AIDS.
Advertisement
Berikut cara penularan HIV AIDS yang ternyata hoaks atau keliru namun sudah terlanjur tersebar di masyarakat seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (29/11/2018).
Penularan HIV yang ternyata hoaks atau keliru
1. Cara penularan HIV AIDS lewat penggunaan pisau cukur secara bergantian dalam keluarga atau di tempat potong rambut.
Faktanya, memakai pisau cukur bergantian dengan ODHA tidak akan menularkan virus. Sebab, virus mudah mati di udara bebas. Tetapi memakai pisau cukur bergantian tidak disarankan demi alasan kebersihan.
2. Cara penularan HIV AIDS lewat penggunaan alat makan secara bergantian antara ODHA dengan orang sehat.
Faktanya, tidak. Selain karena virus mudah mati di udara bebas, virus dalam air liur tidak cukup banyak untuk ditularkan pada orang lain.
3. Cara penularan HIV AIDS lewat makanan kaleng yang sudah diinjeksikan dengan darah yang mengandung virus.
Faktanya, salah. Virus HIV mudah mati di luar tubuh manusia. Selain itu, makanan kaleng juga melewati proses sterilisasi sehingga virus mudah mati.
4. Cara penularan HIV menular lewat ciuman.
Faktanya, salah. Virus HIV tinggal di sel T, salah satu bagian sel darah putih manusia. Sel ini ada di semua cairan tubuh manusia dalam jumlah yang berbeda. Paling banyak ada di dalam darah, kemudian cairan vagina, cairan semen atau mani serta ASI.Virus memang ada di air liur, air mata dan keringat tapi jumlahnya sangat sedikit sehingga tidak cukup untuk menularkan virus HIV.
5. Cara penularan HIV lewat jarum terinfeksi yang ditancapkan di kursi bioskop
Faktanya, virus HIV mudah mati di udara bebas dalam waktu kurang dari semenit. Tanpa inangnya, seperti darah, sperma, ASI dan cairan vagina, virus yang ada di udara bebas akan cepat mati.
6. Cara penularan HIV AIDS melalui air kolam renang.
Faktanya, salah. Tak masalah berenang bersama ODHA karena virus HIV mudah mati di udara bebas, apalagi air kolam renang mengandung kaporit yang mempercepat matinya virus.
7. Cara penularan HIV AIDS lewat pakaian bekas.
Faktanya, salah. HIV/AIDS hanya bisa menular lewat kontak cairan tubuh seperti darah, cairan vagina, cairan mani dan ASI. Penularannya bisa lewat penggunaan jarum suntik yang tidak steril, hubungan seks tidak aman juga pemberian ASI dari ibu ke anak.
8. ARV (obat untuk ODHA) adalah bahan kimia yang bisa menyebabkan kerusakan hati.
Lebih baik menggunakan obat herbal untuk merawat ODHA.Faktanya, hingga saat ini obat yang paling tepat untuk HIV adalah ARV.
Advertisement
Cara Penularan HIV yang Wajib Kamu Tahu
Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Siapapun dari segala usia, ras, maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV.
Cara penularan HIV AIDS yang wajib kamu tahu seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (29/11/2018).
1. Cara penularan HIV lewat hubungan seks
Penularan dengan melakukan hubungan seksual dapat terjadi dari pria ke wanita atau sebaliknya, serta pada sesama jenis kelamin melalui hubungan seksual yang berisiko. Penularan HIV dapat terjadi saat hubungan seks melalui vagina, anal, maupun seks oral dengan pasangan yang terinfeksi HIV. Salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan HIV adalah menggunakan kondom saat berhubungan seks dan tidak berganti-ganti pasangan seksual.
2. Cara penularan HIV lewat penggunaan jarum suntik
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi. Berbagi pakai jarum suntik atau menggunakan jarum suntik bekas, membuat seseorang memiliki risiko sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.
3. Cara penularan HIV lewat kehamilan, persalinan atau menyusui
Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan pengobatan HIV selama kehamilan, guna menurunkan risiko penularan HIV pada bayi.
4. Cara penularan HIV lewat transfusi darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa disebabkan oleh transfusi darah. Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena kini diterapkan uji kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun donor jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.
5. Cara penularan HIV lewat penggunaan mainan seks (sex toys)
Penggunaan mainan seks yang dipakai bergantian juga dapat menjadi penyebab penyebaran virus dari satu orang ke yang lainnya. Virus HIV memang umumnya tidak bisa hidup lama-lama di permukaan benda mati. Namun, mainan seks yang masih basah oleh sperma, darah, atau cairan vagina mungkin saja menjadi perantara virus untuk berpindah ke pasangan. Oleh karena itu, selalu hindari menggunakan mainan seks bekas orang lain.
6. Cara penularan HIV lewat bekerja di rumah sakit
Mungkin sekilas kamu berpikir bahwa petugas kesehatan adalah orang yang paling sehat karena memiliki akses dan pengetahuan yang mumpuni dalam bidang kesehatan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Petugas kesehatan di rumah sakit, Puskesmas, atau klinik malah masuk kelompok orang yang rentan terkena berbagai macam penyakit, mulai dari hepatitis sampai HIV.
Orang-orang ini dapat mengalami kontak langsung dengan darah dari pasien yang positif HIV melalui luka terbuka. Misalnya, suster perawat yang sedang mengambil darah pasien yang positif HIV. Bukannya tidak mungkin jika jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien positif HIV tidak sengaja tertancap ke kulit petugas kesehatan (disebut juga needle-stick injury).
Risiko petugas layanan kesehatan tertular HIV akan sangat rendah terutama jika mereka selalu memakai alat pelindung diri (seperti masker, scrub/jubah rumah sakit, penutup kepala, kacamata khusus, hingga sarung tangan) dengan lengkap dan benar ketika bertugas, juga selalu berhati-hati dalam menangani benda-benda tajam dan bekas darah yang berceceran.
7. Cara penularan HIV lewat sulam alis, tato alis, sulam bibir
Sebenarnya melakukan sulam alis, tato alis, dan sulam bibir cukup aman untuk kesehatan. Tapi tren kecantikan yang sedang naik daun ini dapat menjadi cara penularan HIV jika dilakukan oleh pegawai yang tidak berpengalaman atau berlisensi, juga yang tidak menggunakan peralatan steril. Pasalnya, prosedur sulam atau tato wajah ini melibatkan pengirisan kulit terbuka.
Oleh karena itu, sebelum anda duduk dan disulam alis atau bibirnya, pastikan bahwa semua peralatan yang digunakannya steril. Khususnya, pastikan bahwa mata pisau bedah jarum yang digunakan adalah yang sekali pakai.
8. Cara penularan HIV lewat donor darah dan cangkok organ
Salah satu syarat yang wajib dipenuhi sebelum donor adalah bahwa kamu tidak memiliki penyakit terkait infeksi yang menular lewat darah, seperti HIV. Namun, tak semua orang menyadari betul bahwa dirinya terjangkit HIV dan memutuskan untuk ikut donor darah atau organ tubuhnya untuk menolong sesama.
Jika seseorang yang positif HIV menyumbangkan darah, termasuk organ tubuh atau jaringan (seperti sumsum tulang), orang yang menerima donor kemungkinan akan terkena infeksi HIV juga.
Maka dari itu, untuk mencegah penularan HIV dan infeksi darah lainnya, petugas donor biasanya akan menguji setiap sumbangan produk darah untuk virus seperti HIV sebelum diberikan pada orang yang membutuhkan.
Cara Mencegah Penularan HIV
Sampai saat ini belum ada obat ataupun vaksin untuk mencegah dan menyembuhkan infeksi HIV/AIDS. Bagi kamu yang menderita infeksi HIV, ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yaitu mengonsumsi obat antiretroviral sesuai dosis yang disarankan dokter. Obat tersebut akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh, sehinggu penderita HIV mampu hidup lebih sehat dengan harapan hidup lebih panjang dan memperkecil risiko menularkan HIV pada pasangan.
Yang tidak kalah penting adalah mencegah penularan HIV sejak awal. Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks
Jika anda tidak mengetahui status HIV pasangan anda, gunakan kondom setiap kali anda melakukan hubungan seks vaginal, anal maupun oral. Untuk wanita, bisa menggunakan kondom wanita.
2. Hindari perilaku seksual yang berisiko
Seks anal adalah aktivitas seks yang memiliki risiko tertinggi dalam penularan HIV. Baik pelaku maupun penerima seks anal berisiko untuk tertular HIV, namun penerima seks anal memiliki risiko tertular lebih tinggi. Karena itu disarankan untuk melakukan hubungan seks yang aman, serta gunakan kondom untuk mencegah penularan HIV.
3. Hindari penggunaan jarum bekas
Hindari penggunaan jarum bekas saat menyuntikkan obat. Penularan HIV melalui tato dan tindik juga berisiko terjadi jika memakai jarum tato yang tidak disterilisasi dengan baik atau menggunakan tinta tato yang terkontaminasi. Sebelum melakukan tato atau tindik, pastikan jarum steril.
4. Pre-exposure prophylaxis (PrEP)
PrEP merupakan metode pencegahan HIV dengan cara mengonsumsi antiretroviral bagi mereka yang berisiko tinggi tertular HIV, yaitu mereka yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual, memiliki pasangan dengan HIV positif, menggunakan jarum suntik yang berisiko dalam 6 bulan terakhir, atau mereka yang sering berhubungan seksual tanpa pengaman.
Advertisement