Sukses

Menulis Diary, Membuang Sampah Pikiran

Menulis diary atau buku harian dapat menjadi sarana agar lebih ‘sadar’ dalam menjalani hidup.

Liputan6.com, Jakarta Hari ini aku merasa kesal, malu, marah, campur aduk jadi satu. Memang sih, salahku yang mematikan alarm dan malah bangun kesiangan. Tapi, ini juga gara-gara Tasya yang merengek minta beli roti semir di perjalanan. Padahal kami semua sudah terlambat. Papa juga, menurut saja, huh, mentang-mentang bungsu! Sialnya, saat upacara tadi Pak Kepsek sekalian menegurku yang baru masuk ke barisan. Di hadapan ratusan orang! Ya ampun, iya sih namaku tidak disebut, tapi semuanya jadi menengok ke arahku. Rasanya aku ingin menangis dan pingsan saja.

Sebagian dari kita pernah menulis buku harian semacam ini. Namun, sepertinya menulis perasaan dan pengalaman mengenai kegiatan sehari-hari merupakan hal yang asing saat kita beranjak dewasa. Menulis catatan harian hanya dilakukan oleh anak sekolah yang mempunyai banyak waktu  luang.

Kegiatan yang biasa kita sebut dengan ‘menulis diary’ ini memang terlihat  remeh. Hal ini hanya sempat dilakukan oleh anak-anak yang memiliki banyak waktu luang. Orang dewasa yang memiliki banyak kesibukan, tidak perlu membuang waktu untuk menulis hal-hal sehari-hari.

Namun ternyata, menulis buku harian, atau journaling ini terbukti memiliki banyak manfaat. Diantaranya membantu meredakan stres, kecemasan, dan  depresi, hingga meningkatkan IQ. Menulis buku harian dapat menjadi sarana agar lebih ‘sadar’ dalam menjalani hidup.

Sebagai Sarana  “Meditasi”

Coba kita pikirkan kembali rutinitas sehari-hari yang telah dilalui.  Kita seringkali berkegiatan dari pagi hingga malam, istirahat, dilanjutkan dengan kegiatan yang sama. Setiap hari. Hingga akhirnya terjebak pada rutinitas yang itu-itu saja, dan membuat diri lebih rentan terhadap stres. Menulis jurnal dapat membantu mengembalikan ‘kesadaran diri’ yang terkadang tenggelam oleh kesibukan, dan terjebak dalam rutinitas.

Terkadang kita begitu larut dengan aktivitas, hingga hari-hari terasa berlalu begitu saja. Hingga satu titik, kita merasakan lelah yang luar biasa.

Menulis jurnal dapat membantu kita lebih hadir pada momen saat ini, dan merapikan pikiran yang ‘semrawut’. Pikiran yang ‘sadar’ dan jernih dapat membuat diri lebih bahagia dibandingkan dengan pikiran yang sibuk. Dengan menyadari keadaan, kegiatan sehari-hari, apa yang membuat bahagia, apa yang membuat kita merasa gagal, apa yang terjadi di sekeliling kita, akan membuat lebih sadar mengenai pengalaman diri.

Penting untuk menyadari apa yang terjadi dan menerimanya dengan tangan terbuka. Dengan menyadari pengalaman-pengalaman sehari-hari, kita akan mengerti bahwa tidak masalah apabila mengalami hal-hal tidak menyenangkan. Hal itu niscaya, dan kita pasti banyak belajar dengan memahami tanpa melewatkannya begitu saja.

 

2 dari 2 halaman

Menulis Diary meningkatkan memori

Bebaskan Kreativitasmu

Menulis dengan sadar, terbukti mampu membuat kreativitas mengalir. Metode ini dipopulerkan oleh Julia Cameron, yaitu dengan menulis morning pages atau ‘koran pagi’. Hal yang perlu dilakukan adalah duduk, dan menulis apa pun yang terlintas di kepala secara sadar dalam waktu tertentu. Tulislah secara sadar, apa yang terlintas dalam pikiran, entah hal sepele, atau hal-hal yang mengganggumu. Apapun.

Fokus dengan isi kepala, dan tuangkan satu per satu ke dalam secarik kertas. Tidak perlu puitis, atau estetik. Misalnya ‘gas di kos habis, nggak bisa masak deh’, ‘kenapa sih pagi ini panas sekali’ atau ‘baru tidur tiga jam, ngantuk banget’. Pasang timer, dan terus tuliskan hal-hal yang terlintas di kepala. Secara tidak sadar, pikiran kita sebenarnya sering penuh dengan hal-hal yang tidak penting. Namun kita jarang mengeluarkannya. Kegiatan ini layaknya membuang ‘sampah’ yang ada dalam pikiran. Pikiran yang segar akan kembali siap menerima ide dan inspirasi dibandingkan dengan pikiran yang ‘tidak sadar’ sibuk menyimpan hal-hal kecil.

Menulis Diary Meningkatkan Memori

Di era digital, menulis dapat dilakukan di mana saja, termasuk smartphone dan laptop. Namun, sebaiknya gunakanlah tangan untuk menulis catatan harian. Seringkali kita tidak sadar telah  lelah dengan dunia digital. Coba hitung, dalam sehari berapa jam yang telah kita habiskan di depan layar. Belum lagi hiruk pikuk media sosial, yang membuat pikiran kita bertambah lelah. Cobalah luangkan waktu sejenak, untuk duduk menghadap kertas kosong dan memegang pena.  Selain dapat melepaskan kepenatan mata yang terus melihat cahaya biru dari layar, menulis dengan tangan bermanfaat untuk meningkatkan memori dan aktivitas otak. Agar lebih bersemangat, siapkan pulpen dan buku khusus, taruh di meja belajar atau tempat tidur agar kamu ingat untuk menulis jurnal di akhir hari.

Lebih Percaya Diri

Seperti kendaraan yang melaju, ada kalanya perlu berhenti sesaat untuk mengecek kondisi mesin, memastikan sisa bahan bakar, dan melihat kembali perbekalan lainnya. Dengan menuliskan kegiatan kita sehari-hari, kita dapat melihat kembali perjalanan diri. Kita dapat melihat lagi, hal-hal  yang membuat diri merasa down, dan momen-momen yang membuat kita merasa berhasil.

Dengan membuka kembali lembar perjalanan diri, kita akan menyadari bahwa merasa gagal adalah hal yang wajar. Namun perasaan itu tidak serta merta menjadi definisi dari siapa kita. Within every hardship, there is relief. Kita akan menyadari bahwa di setiap hal buruk, ada kebaikan yang dapat dipetik, jika kita benar-benar menyadarinya. Pada akhirnya kita akan merasa percaya diri karena bisa mengatasi saat-saat sulit dalam hidup, dan siap menerima tantangan hidup selanjutnya.

Mungkin menulis jurnal tidak mudah dilakukan pada mulanya. Namun kamu dapat memulainya sedikit demi sedikit. Kamu bisa mulai dengan menuliskan pikiran dan perasaanmu pada selembar kertas setiap harinya.

Coba berhenti sejenak dari aktivitas yang melelahkan. Ingatlah bahwa kebiasaan ini bertujuan untuk mengenali perjalanan dirimu, dan membuat diri hadir seutuhnya dalam menjalani hidup. Kamu mungkin akan terkejut seiring berjalannya waktu, betapa banyak hal yang baru kamu sadari setelah kamu menuliskannya. Betapa bangganya dirimu di masa depan saat membaca kembali lembar-lembar perjalanan hidupmu. 

 

Tulisan Anisah Zuhriyati dari Pijar Psikologi untuk Liputan6.com