Sukses

Ada Gumpalan Darah di Saluran Pernapasan, Pria Ini Alami Gagal Jantung

Pasien gagal jantung kronis alami bekuan (gumpalan) darah yang terbentuk di pohon bronkial (saluran pernapasan berbentuk cabang-cabang).

Liputan6.com, California, Amerika Serikat Bekuan darah terbentuk di pohon bronkial--saluran pernapasan berbentuk cabang-cabang yang membiarkan udara masuk ke dalam dan keluar dari paru-paru--seorang pasien pria yang mengalami gagal jantung. Pria asal Amerika Serikat berusia 36 tahun yang tak disebutkan namanya itu dirawat di unit perawatan intensif.

Ia mengalami perburukan atau eksaserbasi akut gagal jantung kronis. Pasien pria itu dipasangi alat pacu jantung permanen dan alat bantu ventrikular impella untuk menangani gagal jantung akut. Darah pun menggumpal.

Laporan yang dirilis The New England Journal of Medicine pada 29 November 2018 menyatakan, pria tersebut terus-menerus mendapat infus heparin. Heparin adalah obat antikoagulan (pengencer darah) untuk mencegah pembentukan gumpalan darah.

Obat itu digunakan untuk mengobati dan mencegah pembekuan darah di pembuluh darah, arteri, atau paru-paru. Heparin juga digunakan sebelum operasi untuk mengurangi risiko penggumpalan darah.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Serangan batuk berdarah

Selama seminggu, pasien pria mengalami episode hemoptisis--keadaan saat seseorang mengalami batuk yang disertai darah (batuk berdarah). Kondisi itu meningkatkan gangguan pernapasan. Ia pun harus menggunakan oksigen tambahan, hingga 20 liter oksigen.

Selama serangan batuk berdarah yang ekstrem, gumpalan terbentuk di saluran sistem pernapasan pohon bronkial. Trakea (tenggorokan) pasien selanjutnya diintubasi (memasukkan tabung atau pipa endotrakeal melalui mulut atau hidung untuk menghubungkan udara luar dengan kedua paru). Tindakan intubasi endotrakeal merupakan anestesi umum pada saat proses pembedahan.

Pemeriksaan bronkoskopi menunjukkan, terdapat sejumlah kecil gumpalan darah di cabang basilar lobus kanan bawah (bagian pohon bronkial). Pasien diekstubasi (pipa dikeluarkan dari tenggorokan) selama dua hari.

Menurut laporan studi yang ditulis Gavitt A. Woodard dari University of California, San Francisco, Amerika Serikat, batuk berdarah sempat berhenti. Namun, satu minggu setelah ekstubasi, ia meninggal karena komplikasi gagal jantung.