Sukses

Seperti Pekerja Kantoran, Petani dan Nelayan Juga Berhak Sehat

Kemenkes RI memiliki program Pos UKK yang berfungsi memberikan layanan kesehatan, khususnya pencegahan untuk para pekerja informal

Liputan6.com, Jakarta Saat ini, bekerja tidak melulu diselesaikan dengan duduk di kantor saja. Beberapa pekerja seperti nelayan, petani, atau sektor-sektor informal lain juga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan para pekerja kantoran.

"Untuk pekerja informal, Kementerian Kesehatan punya program yang namanya Pos UKK (Pos Usaha Kesehatan Kerja). Pos ini adanya di masyarakat," kata Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kartini Rustandi ditemui Health Liputan6.com di Kantor Kemenkes, Jakarta. Ditulis Jumat (21/12/2018).

Kartini mengatakan, Pos UKK ini mendapatkan binaan dari Puskesmas. Saat ini, kurang lebih sudah ada sekitar dua ribu Pos UKK secara nasional.

"Ada untuk nelayan, ada untuk petani, di Pos UKK itu kita tidak memaksakan dia jam-jamnya. Tapi kita melihat apa sih kemungkinan bahaya yang bisa terjadi pada mereka," tambah Kartini.

Misalnya, apabila petani dia memiliki risiko yang didapat dari penyemprotan pestisida. Pos UKK juga melihat aspek-aspek tersebut dan juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Contohnya dengan menyarankan mereka memakai masker atau mengenakan sepatu bot saat berjalan di atas tanah. 

Simak juga video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Desa di Lombok

Kartini mencontohkan satu desa di Lombok bernama Banyumulek yang baru saja ia kunjungi. Wilayah tersebut terkenal sebagai desa pembuat gerabah yang sudah mencapai tingkat internasional.

"Mereka sudah baik. Ada koperasi perempuan, di sana mereka membuat Pos UKK untuk perempuan. Mereka kan kalau bikin gerabah harus pakai tangan, tidak bisa pakai sarung tangan," kata Kartini menceritakan.

Karena itu, Pos UKK meminta masyarakat untuk mencuci tangan secara bersih hingga kuku-kukunya setelah bekerja.

"Akhirnya angka cacingan turun. Kalau dulu sepuluh orang diperiksa ada tujuh yang terkena cacingan, sekarang dua puluh orang yang diperiksa hanya tiga yang cacingan," imbuhnya.

Selain itu, desa tersebut juga mengelola pembakaran agar jauh dari masyarakat. Hal ini juga bisa mengurangi penyakit ISPA di wilayah tersebut.

"Selain itu sebelum bekerja, karena duduk terus mungkin harus lakukan peregangan karena duduk terus. Tapi tidak sampai senam. Mungkin hanya kanan kiri sesuai pekerjaan mereka. Mengembalikan tubuh pada posisi sebenarnya," jelas Kartini.