Sukses

Risiko Kekerasan Seksual Pascatsunami Selat Sunda Bisa Terjadi

Permasalahan reproduksi seperti penularan HIV, bahkan kekerasan seksual, bisa terjadi pascatsunami Selat Sunda.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) cemas melihat kondisi toilet di pengungsian para korban tsunami Selat Sunda. Tim mendapatkan toilet laki-laki dan perempuan tidak terpisah.

Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengungkapkan, gara-gara kondisi infrastruktur dari wilayah terdampak tsunami Selat Sunda rusak, akibatnya tenda dan toilet antara pengungsi laki-laki dan perempuan berdekatan. Yang ditakutkan Kementerian Kesehatan, keadaan tersebut bisa memicu kekerasan maupun pelecehan seksual pada perempuan.

Supaya hal tersebut tidak terjadi, Kemenkes melakukan koordinasi dengan BNPD/BPBD dan Dinas Sosial untuk menyediakan MCK (mandi cuci kakus) laki-laki dan perempuan terpisah.

"Apalagi tidak tersedianya penerangan yang memadai karena aliran listris terputus, serta tidak ada sistem keamanan, seperti ronda malam, di pengungsian," tambah Menkes Nila, sebagaimana dikutip dari Sehat Negeriku pada Kamis, 3 Januari 2019

Apabila tidak memungkinkan, Kemenkes berharap para pengungsi tsunami Selat Sunda punya kesadaran untuk saling menjaga agar kekerasan seksual tidak terjadi.

Kemenkes juga meminta agar Dinas Sosial setempat menyediakan lokasi sumber air bersih yang tak jauh dari lokasi pengungsian tsunami Selat Sunda.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Permasalahan Lainnya

Menkes Nila melanjutkan, tsunami Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung bisa memicu terjadinya risiko masalah kesehatan reproduksi, misal, kekerasan seksual. Ada juga masalah kesehatan lain, seperti kesehatan ibu hamil dan bayi.

Kementerian Kesehatan pun menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi dan masyarakat dapat memanfaatkannya.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.