Sukses

Gejala Diabetes Melitus Tipe 2, Jarang Disadari dan Bisa Membunuh Diam-diam

Secara umum, diabetes dapat menyerang pada semua orang di segala umur, termasuk anak-anak.

Liputan6.com, Jakarta Diabetes melitus adalah kondisi di mana terdapat tingkat kadar gula (glukosa) yang tinggi dalam darah. Ini juga sering disebut sebagai penyakit kencing manis.

Terdapat 3 jenis diabetes: diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Diabetes tipe 2 adalah kondisi penyakit yang berlangsung lama (kronis). Dalam gejala diabetes melitus tipe 2, tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik, hormon khusus yang diproduksi oleh sel beta dalam pankreas.

Insulin sangat penting karena mengontrol jumlah gula (glukosa) yang didapat sel-sel tubuh dari darah. Orang-orang yang menderita diabetes memiliki kadar gula yang banyak dalam darah, tetapi tidak cukup untuk sel tubuh. Kondisi ini menyebabkan komplikasi berat pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, sistem saraf, gusi dan gigi.

Gejala diabetes melitus tipe 2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes. Sebanyak 95% kasus diabetes adalah diabetes melitus tipe 2. Secara umum, diabetes dapat menyerang pada semua orang di segala umur, termasuk anak-anak. Namun, diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada umur dewasa dan lanjut usia.

Karena pada usia ini rentan akan terjadinya penurunan kinerja organ tubuh yang tidak diimbangi dengan pola hidup yang baik. Imbasnya penyerapan asupan vitamin tubuh pun juga turut berkurang, salah satunya dalam hal pemenuhan kebutuhan vitamin B12. Untuk mencegah terjadinya komplikasi berat akibat diabetes yang mengakibatkan kerusakan sel saraf, ada baiknya lakukan pencegahan sejak dini, dengan rutin mengonsumsi NEUROBION Forte.

 

NEUROBION Forte merupakan suplemen vitamin neurotropik ini terdiri dari vitamin B1 (100 mg), B6 (100 mg), dan B12 (5000 mcg) . Neurobion Forte memiliki formula original untuk pengobatan neuropati dengan gejala seperti kebas dan kesemutan karena kekurangan vitamin neurotropik. Minum 1 tablet per hari atau sesuai petunjuk dokter.

Selain itu, orang-orang yang obesitas dan jarang bergerak memiliki risiko lebih tinggi menderita diabetes tipe 2.

Gejala diabetes melitus tipe 2 memang memiliki kondisi yang cukup signifikan. Mereka yang memiliki diabetes melitus tipe 2 sering tidak mengalami gejala apapun pada masa awal. Mereka bahkan dapat tidak menyadari gejalanya selama beberapa tahun.

Berikut gejala diabetes melitus tipe 2 yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (7/1/2019):

2 dari 5 halaman

Gejala diabetes melitus tipe 2

Rasa lapar meningkat

Rasa haus meningkat

Buang air kecil yang sering, khususnya malam hari

Luka yang lambat pulih atau sering infeksi

Pandangan buram

Lelah

Rasa sakit atau mati rasa pada kaki dan tangan

Kesemutan

Gatal

Gatal pada kemaluan (wanita)

Disfungsi ereksi (pria)

Gejala diabetes melitus tipe 2 beberapa lainnya kemungkinan tidak disebutkan di atas. Jika kamu memiliki tanda-tanda atau gejala dari yang disebutkan di atas atau memiliki pertanyaan, silahkan hubungi dokter. Tubuh setiap orang bereaksi berbeda-beda.

3 dari 5 halaman

Penyebab Gejala Diabetes Melitus Tipe 2

Gejala diabetes melitus tipe 2 adalah kondisi yang bisa disebabkan karena beberapa hal tertentu. Ketika kamu memiliki diabetes tipe 2, lemak, hati, dan sel-sel otot tidak merespon insulin dengan benar. Hal ini disebut resistensi insulin (kekebalan terhadap insulin). Hasilnya, sel tidak bisa menerima gula darah untuk kemudian diolah menjadi energi. Saat gula tidak dapat memasuki sel-sel, kadar gula dalam darah meningkat tinggi. Hal ini disebut hiperglikemia.

Penyebab pertahanan insulin termasuk:

Kelebihan berat badan atau obesitas: Peningkatan lemak membuat tubuh mengalami resistensi insulin sehingga kesulitan menggunakan insulin dengan benar.

Keturunan atau bila keluarga memiliki riwayat medis diabetes juga dapat mempengaruhi. Faktor genetik juga merupakan faktor-faktor yang menyebabkan diabetes tipe 2.

4 dari 5 halaman

Faktor-faktor risiko terkena diabetes melitus tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah kondisi yang sepenuhnya belum dipahami para ahli. Pasalnya, sebagian orang mengalami peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan sebagian lagi tidak.

Bagaimanapun, ada beberapa hal yang jelas meningkatkan faktor risiko diabetes tipe 2, seperti:

Berat badan. Memiliki kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2. Semakin tebal jaringan lemak, sel-sel semakin kebal terhadapinsulin. Tetapi tidak hanya orang yang kelebihan berat badan saja yang memiliki risiko diabetes tipe 2.

Distribusi lemak. Jika tubuhmu menyimpan lemak pada bagian perut, risiko lebih besar mengalami diabetes tipe 2 dibanding jika tubuh menyimpan lemak di bagian lain, seperti pinggul dan paha.

Gaya hidup tidak aktif. Semakin kamu pasif, semakin besar risiko mengalami diabetes tipe 2. Aktivitas fisik membantu kamu mengontrol berat badan, menggunakan glukosa sebagai energi, dan membuat sel-sel semakin sensitif terhadap insulin.

Riwayat medis keluarga. Risiko mengalami diabetes tipe 2 semakin besar jika orangtua atau saudara kandung memiliki diabetes tipe 2.

Ras. Walaupun masih belum jelas mengapa, kebanyakan orang dari suatu ras – termasuk ras hitam, hispanik, Indian Amerika dan Asia-Amerika – lebih cenderung memiliki risiko terhadap diabetes tipe 2 dibanding ras kulit putih.

Umur. Risiko dari diabetes tipe 2 meningkat seiring kamu bertambah umur, khususnya setelah umur 45 tahun. Hal ini mungkin karena orang-orang di usia ini cenderung kurang bergerak, kehilangan massa otot, dan menambah berat badan seiring bertambahnya umur. Selain itu, proses penuaan juga mengakibatkan penurunan fungsi sel beta pankreas sebagai penghasil insulin. Namun, diabetes tipe 2 juga meningkat secara dramatis pada remaja, dan masa awal dewasa.

Prediabetes. Prediabetes adalah kondisi dimana kadar gula darahmu lebih tinggi dari kadar normal, tapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes. Jika tidak diatasi, prediabetes dapat berlanjut menjadi diabetes tipe 2.

Diabetes kehamilan. Jika kamu mengalami diabetes saat hamil, berisiko mengalami diabetes tipe 2 meningkat. Jika kamu melahirkan bayi yang beratnya lebih dari 4 kilogram, bayimu juga berisiko mengalami diabetes tipe 2 di masa dewasanya.

Sindrom Ovarium Polikistik. Untuk wanita yang mengalami sindrom ini – yang merupakan ketidakteraturan periode menstruasi, pertumbuhan rambut yang berlebihan, dan obesitas – risiko diabetes akan meningkat.

5 dari 5 halaman

Perawatan dan pengobatan diabetes melitus tipe 2

Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk merawat kondisi diabetes:

1. Diet Sehat

Meskipun penderita diabetes memiliki glukosa darah yang tinggi, bukan berarti dengan berpuasa (dengan tujuan mengurangi asupan glukosa) akan menyelesaikan masalah. Jika kamu terdiagnosis mengalami diabetes, kamu perlu menjalani diet sehat yang akan membantu mengontrol tingkat glukosa. Ahli diet dapat membantumu dalam menyusun diet. Bila kamu ingin menjalani puasa, harus mengonsultasikan hal ini terlebih dahulu dengan dokter.

2. Olahraga

Kamu sebaiknya melakukan olahraga secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) dan hidup dengan aktif karena dengan bergerak dapat mengontrol tingkat gula darah. Dengan tambahan, kamu juga harus menjaga kaki terutama bila terasa baal, kesemutan, mati rasa, serta terdapat luka, dan periksa matamu secara teratur untuk mencegah komplikasi di masa mendatang.

3. Obat Pengontrol Gula Darah dan Terapi Insulin

Dokter akan meninjau kondisimu dan menentukan manakah obat atau terapi yang tepat. Dokter mungkin akan memberikan satu jenis obat saja atau memberikan kombinasi obat. Konsultasikan dengan dokter apa saja efek samping obat dan apa yang harus dilakukan bila efek samping muncul. Salah satu efek samping obat yang tersering adalah lemas akibat hipoglikemia (gula darah rendah). Untuk pertolongan pertama, minumlah teh manis hangat kemudian segera temui dokter.