Liputan6.com, Jerman Dari kerangka wanita yang hidup antara tahun 997 dan 1162, ditemukan serpihan batu permata warna biru di giginya. Diprediksi, wanita itu meninggal di usia paruh baya, antara 45 dan 60 tahun.
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan laporan yang diterbitkan di jurnal Scientific Advances berjudul Medieval women’s early involvement in manuscript production suggested by lapis lazuli identification in dental calculus menunjukkan, pada gigi wanita terdapat permata lapis lazuli.
"Itu tidak mengejutkan saya, malah senang," kata peneliti Beach, dikutip dari Popular Science, Minggu (14/1/2019).
Berbagai analisis mengungkapkan, zat warna biru adalah ultramarine. Ini adalah zat warna langka yang terbuat dari batu permata lapis lazuli yang kemudian dihancurkan. Zat pewarna itu sama mahalnya dengan emas di abad pertengahan.
Menurut peneliti yang juga ahli mikrobioarkeologi dari Institut Max Planck, Jerman, Monica Tromp, semasa hidup wanita itu pernah melukis dengan zat warna biru, lalu menjilati ujung kuas saat melukis. Tak ayal, zat warna biru, yang masih terdapat serpihan lapis lazuli jadi ikut menempel pada gigi.
Selain sebagai pelukis, wanita yang berusia 1.000 tahun ini termasuk penulis buku-buku keagamaan. Kerangka wanita itu ditemukan di area biara di sebuah area terpencil di Jerman.
Â
Â
Saksikan video menarik berikut ini:
Â
Â
Satu-satunya aktivitas di biara
Temuan serpihan lapis lazuli yang ada di gigi mayat wanita itu menjadi satu-satunya bukti aktivitas di biara. Selama ini tidak ada bukti tentang kehidupan biara tersebut karena bangunan asli dan catatan mengenai kehidupan di biara ludes akibat kebakaran di peperangan abad ke-14.
Antropolog Christina Warinner melanjutkan, kita jadi mengetahui aktivitas wanita, yang tidak hanya melukis, tetapi ia melukis menggunakan zat warna yang sangat langka dan mahal. Apalagi, ia tinggal di tempat yang sangat terpencil.
Dari temuan juga mengungkap, wanita Jerman yang hidup di komunitas biara abad pertengahan cenderung berstatus aristokrat atau bangsawan berpendidikan tinggi seperti dilansir dari CNN.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi abad ke-11 di Eropa mendorong permintaan akan zat pewarna berharga nan indah. Barang tersebut menempuh ribuan mil dari Afghanistan ke Jerman melalui karavan dan kapal dagang untuk melayani ambisi kreatif seniman wanita ini seperti diungkapkan sejarawan Michael McCormick dari Universitas Harvard.
Advertisement