Liputan6.com, Jakarta Penelitian ini menjadi peringatan bagi pria yang suka bergonta-ganti pasangan seksual. Pasalnya, pria yang melakukan seks oral pada lima atau lebih wanita berisiko lebih besar terkena kanker kepala dan leher, apalagi jika dia memiliki kebiasaan merokok.
Mengutip standard.co.uk pada Senin (14/1/2019), kanker orofaringeal terpicu oleh human papilloma virus (HPV). Ini adalah penyebab umum kanker serviks pada perempuan.
Baca Juga
Sekalipun risiko diagnosis hanya 0,7 persen dari populasi pria, para peneliti memperingatkan bahwa pria lebih rentan terkena itu daripada wanita. Selain itu, mereka yang suka melakukan seks oral pada lima atau lebih pasangan, serta merokok kemungkinan besar akan terkena HPV.
Advertisement
Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Annals of Oncology ini, ditemukan bahwa pria yang merokok dan memiliki lima atau lebih pasangan seks oral 15 persen lebih mungkin terkena HPV. Sementara, 7 persen pria yang merokok dan memiliki dua hingga empat pasangan seks lebih berisiko terkena infeksi.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Risiko tinggi bagi perokok
Penelitian ini menemukan, kelompok dengan risiko terendah adalah mereka yang hanya memiliki satu atau bahkan tidak punya pasangan seks oral selam hidupnya. Hanya 1,5 persen dari mereka yang mengalami HPV.
Risiko ini lebih rendah pada perempuan, bukan perokok, serta orang-orang yang memiliki kurang dari lima pasangan dalam hidup mereka.
Penulis studi Dr. Amber D'Souza mengatakan, kasus kanker kepala dan leher diperkirakan akan menyalip kanker serviks di 2020. Karena itu, proses skrining menjadi sangat penting.
"Di antara pria yang tidak merokok, HPV oral penyebab kanker jarang terjadi di antara semua orang yang memiliki kurang dari lima pasangan, meskipun kemungkinan memiliki infeksi HPV oral memang meningkat dengan jumlah pasangan seks oral dan merokok," kata D'Souza.
Para ilmuwan sendiri menganalisis data dari 13.089 orang berusia 20 hingga 69 tahun. Mereka juga menggunakan jumlah kasus kanker orofaring dan kematian dari data di Amerika Serikat, untuk memprediksi risiko kanker akibat infeksi HPV oral.
Advertisement