Liputan6.com, Jakarta Kebiasaan memencet jerawat hingga pecah memang terlihat menjijikkan. Namun di satu sisi, beberapa orang mendapatkan kepuasan ketika melihat hal itu dilakukan. Mengapa bisa begitu?
"Beberapa orang mungkin mendapatkan rasa kontrol dan kepuasan bahwa mereka 'menyembuhkan' diri mereka sendiri. Mereka membersihkan atau menyingkirkan apa yang seharusnya tidak menjadi bagian di tubuh mereka," kata Abigail Cline M.D., Ph.D. dari Center for Dermatology Research di Wake Forest School of Medicine, Amerika Serikat.
Baca Juga
"Orang lain mungkin menikmati aspek ekstraksi yang aneh dan merasakan sedikit daya tarik aneh ketika mereka melihat ledakan nanah," kata Cline seperti dilansir dari Men's Health pada Senin (21/1/2019).
Advertisement
Profesor sosiologi di Concordia University Canada, Marc LaFrance mengatakan, jerawat bisa membuat seseorang merasa frustrasi. Melihat orang lain memencetnya bisa membangun perasaan menyembuhkan.
"Ini memungkinkan pengalaman sesaat dan singkat untuk memiliki kendali atas fenomena yang tidak Anda lakukan dan Anda akan mengalami banyak masalah soal menyingkirkannya, di banyak kasus," ujar LaFrance.Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â
Ketertarikan akan cairan tubuh
LaFrance juga memiliki sebuah penelitian tentang jerawat yang mengungkapkan sebuah teori lain. Bahwa manusia memiliki ketertarikan dengan apa yang ada di bawah kulitnya, seperti cairan tubuh dan bagian-bagian yang biasanya tidak terlihat.
Dengan meletuskan jerawat, Anda menembus penghalang antara bagian luar dan dalam tubuh yang membuatnya terlihat menarik.
"Saya pikir ada sesuatu yang hampir naluriah tentang itu," tambahnya.
Selain itu, LaFrance mengungkapkan bahwa banyak orang yang merasa bersalah ketika memencet jerawat. Aktivitas itu bisa menyebabkan jaringan parut. Sehingga, ketika melihat orang lain, Anda akan mendapatkan pengalaman yang sama dengan berpartisipasi.
"Anda bisa berpartisipasi dalam pengalaman jerawat yang sangat memuaskan tanpa benar-benar melukai kulit Anda sendiri, jadi tidak ada rasa bersalah," ujar LaFrance.
Advertisement