Liputan6.com, Jakarta Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti, dari 613 pasien demam berdarah dengue (DBD) yang ada di DKI Jakarta, pasiennya lebih banyak dari usia anak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Data ini berdasarkan laporan per 27 Januari 2019.
Baca Juga
Advertisement
"Tahun ini ada pergeseran usia justru anak usia sekolah 14-15 tahun juga lebih banyak yang terjangkit DBD. Tapi tetap kok usia 7-12 tahun ya tetap tinggi kasus DBD," terang Widyastuti saat ditemui di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, ditulis Rabu, (30/1/2019).
Dokter Ellen Theodora dari KlikDokter menjelaskan, jadwal sekolah yang begitu padat dari pagi hingga sore hari serta lokasi kaki anak yang ada di bawah gelapnya meja merupakan kesempatan bagi nyamuk Aedes aegypti bergerak bebas.
"Ada studi soal itu, anak-anak juga lebih banyak berada di jam sekolah. Nyamuk pembawa DBD pun aktif saat pagi hingga sore hari," tulis Ellen, dikutip dari KlikDokter.
Â
Â
Saksikan video menarik berikut ini:
Surat edaran ke sekolah-sekolah
Widyastuti menekankan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.
"Dari dinas pendidikan sudah mengeluarkan surat edaran (ke sekolah-sekolah) utnutk mewaspadai DBD. Kita tahu bahwa anak-anak yang rentan terjangkit DBD lebih banyak berada di luar rumah, terutama di sekolah," tambahnya.
Surat edaran untuk mewaspadai DBD berisi agar tiap sekolah ikut melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). PSN berupa menguras bak mandi, kolam yang tergenang dan tidak ada sirkulasi airnya. Kaleng-kaleng di taman yang terbuka dan ada genangan juga dibersihkan.
Pihak sekolah juga bisa berkoordinasi dengan puskesmas dan lurah setempat untuk membantu pemberantasan nyamuk Aedes aegypti.
Advertisement