Liputan6.com, Jakarta Pada Januari 2019 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara menetapkan kasus penyakit leptospirosis sebagai Kejadian Luar Biasa atau KLB. Penyakit yang ditularkan melalui urine tikus ini sedang menghantui warga Kalimantan Utara. Temuan leptospirosis di Kalimantan Utara, khususnya di Kota Tarakan terjadi untuk pertama kali.
Baca Juga
Kasus penyakit leptospirosis banyak timbul pada musim hujan, terutama pada daerah yang terkena banjir. Namun apa sebenarnya penyakit leptospirosis, bagaimana penularan, gejala, pengobatan serta pencegahannya?
Advertisement
Agar lebih waspada dengan penyakit yang menghantui saat musim hujan ini, simak ulasan tentang leptospirosis dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber Rabu (13/2/2019).
Apa Itu Leptospirosis?
Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Bakteri ini bisa menjangkit manusia maupun hewan. Bakteri Leptospira ini dapat hidup dan berkembang biak di tubuh hewan dalam jangka waktu yang lama.
Bakteri Leptospira disebarkan melalui air kencing atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa jenis hewan pembawa Bakteri Leptospira antara lain adalah hewan pengerat seperti tikus, anjing, kucing, dan kelompok hewan ternak seperti sapi, kambing atau babi. Bakteri Leptospira ini hidup pada ginjal hewan-hewan yang terifeksi tersebut.
Advertisement
Penularan Leptospirosis
Manusia bisa terinfeksi Bakteri Leptospira jika :
· Meminum air yang terkontaminasi bakteri Leptospira
· Melakukan kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi bakteri Leptospira saat terdapat luka di kulit.
· Mata, hidung, dan mulut terkontaminasi dengan air atau tanah yang mengandung bakteri Leptospira.
· Berkunjung ke daerah yang sedang menghadapi epidemi leptospirosis.
Leptospirosis dapat terjadi di seluruh dunia, baik pedesaan maupun perkotaan, di daerah tropis maupun subtropis. Penyakit ini lebih berisiko tertular pada orang yang bekerja di luar ruangan bersama hewan, misalnya peternak, petani, atau dokter hewan. Selain itu, Leptospirosis juga beresiko terhadap individu yang terpapar air yang terkontaminasi Bakteri Leptospira.
Iklim yang sesuai untuk perkembangan Leptospira adalah udara yang hangat, tanah yang basah dan pH alkalis, kondisi ini banyak ditemukan di negara beriklim tropis seperti Indonesia.
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak.
Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi inang yang baru. Sejauh ini tikus merupakan penyebar utama bakteri ini. Dibandingakn dengan hewan lain, tikus mempunyai potensi lebih besar menularkan leptospirosis pada manusia.
Gejala Leptospirosis
Tidak semua orang yang terkena leptospirosis akan langsung menunjukkan gejalanya. Bisa saja gejala baru muncul setelah pasien melewati masa inkubasi sekitar 10 hari, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
· Demam tinggi hingga menggigil.
· Nyeri kepala.
· Nyeri otot khususnya di daerah betis.
· Sakit tenggorokan disertai batuk kering.
· Mata merah dan kulit menguning.
· Mual hingga muntah-muntah dan disertai diare.
Tanda-tanda penyakit leptospirosis memang menyerupai tifus dan influenza. Oleh sebab itu, untuk memastikan apakah terkena leptospirosis atau tidak, diperlukan pemeriksaan urine yang kemudian diteliti oleh dokter. Selain itu, dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan darah dan cairan otak.
Advertisement
Pengobatan dan Pencegahan
Leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik untuk memusnahkan bakteri. Antibiotik ini biasanya dari golongan penicillin, streptomycine, chloramphenicol dan erythromycine.
Cara penanganan lain dari leptospirosis adalah dengan memberikan obat sesuai dengan gejala. Pemberian obat juga harus diberikan secepat mungkin. Jika dapat diobati sejak dini, tingkat kesembuhan penderita umumnya akan lebih cepat.
Bila telah terjadi komplikasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang lebih lengkap.
Agar terhindar dari leptospirosis, lakukan hal-hal berikuy:
- Bersihkanlah sekeliling rumah Anda sebelum banjir melanda.
- Jangan biarkan tikus bersarang disekitar rumah selain itu bersihkan juga genangan air.Jauhkan diri Anda dari air genangan banjir.
- Rajin mencuci tangan setiap setelah memegang hewan peliharaan atau ternak.
- Hindari juga kontak langsung dengan urine hewan.
Leptospirosis di Indonesia
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan RI, Anung Sugihantono menyebutkan ada delapan provinsi di Indonesia yang terdapat kasus leptospirosis.
Delapan provinsi tersebut antara lain Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara (Kaltara), dan Maluku.
Menurut data akumulatif Kementerian Kesehatan tahun 2018 dan Januari 2019, di Banten ada 104 kasus leptospirosis dengan 26 kematian; DKI Jakarta terdapat 11 kasus dengan 2 kematian; Jawa Barat ada 2 kasus, tanpa angka kematian; dan DIY ada 186 kasus dengan 16 kematian.
Lalu, di Jawa Tengah terdapat 427 kasus leptospirosis dengan 89 kematian; Jawa Timur ada 128 kasus dengan 10 kematian; Kaltara ada 3 kasus dengan 2 kematian; serta Maluku ada 5 kasus dengan 2 kematian.
Pada Januari 2019, leptospirosis ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kalimantan Utara. Jumlah kasus dan kematian karena penyakit ini khususnya ada di Kota Tarakan.
Masyarakat di sana diimbau mengenakan sepatu boot atau alas kaki lain saat pergi ke kebun dan sawah, serta cuci tangan dan kaki dengan sabun setelah beraktivitas demi mencegah penularan penyakit ini.
Advertisement