Sukses

Setelah Dioperasi di Luar Rahim, Bayi Ini Dimasukkan Lagi ke Perut Ibu

Seorang bayi di Inggris harus menjalani operasi dengan mengeluarkan dirinya dari dalam rahim sang ibu, untuk kemudian dimasukkan kembali dan "menyelesaikan" masa kehamilan

Liputan6.com, Jakarta Seorang bayi yang belum lahir harus mengalami operasi sebelum dikembalikan lagi ke dalam rahim ibunya agar waktu kehamilan bisa berjalan dengan normal. Prosedur ini terpaksa dilakukan demi menyelamatkan nyawa anak tersebut.

Mengutip Independent pada Jumat (15/2/2019), Bethan Simpson baru hamil 20 minggu ketika pemindaian mengungkapkan bahwa bayi tersebut mengalami kondisi sebuah kondisi tertentu. Kepala bayinya tidak berada di ukuran panjang yang seharusnya. Selain itu, sumsum tulang belakang anak ini belum sepenuhnya berkembang.

Dokter mendiagnosis bahwa bayi itu mengalami Spina Bifida. Bethan dan sang suami, Kieron harus memilih: melanjutkan kehamilan, "membunuh" putrinya, atau memilih operasi perbaikan janin. Tentu saja, kedua orangtua ini ingin agar anaknya sehat dan selamat walaupun berisiko.

"Kami harus melakukannya. Kami juga harus memenuhi beberapa kriteria yang sangat ketat," kata ibu asal Burnham, Essex, Inggris tersebut.

"Saya dan bayinya menjalani amniosentesis dan MRI serta pemindaian tanpa henti," kata perempuan 26 tahun itu.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

2 dari 3 halaman

Bukan pertama kalinya

Prosedur itu akhirnya disetujui pada 17 Desember lalu. Operasi pun segera direncanakan. "Kehidupan kami seperti rollercoaster dalam beberapa minggu berikutnya," tambah Bethan.

Bethan seharusnya melahirkan pada bulan April 2019. Para dokter akhirnya melakukan operasi khusus di University College London Hospital pada 8 Januari lalu, di mana tim dari Great Ormond Street Hospital bekerja memperbaiki tulang belakang bayi tersebut. Bayi ini dioperasi di luar rahim lalu dikembalikan lagi ke dalam perut sang ibu.

Bethan bukan ibu pertama yang melakukan operasi semacam ini. Dia adalah yang keempat mendapatkan prosedur semacam itu di Inggris Raya. Ia menambahkan, 80 persen bayi di Inggris terpaksa diaborsi oleh orangtuanya ketika diketahui mengalami Spina Bifida.

"Itu bukan hukuman mati. Dia punya potensi sama seperti kita semua," kata Bethan.

"Ada risiko kesalahan, tapi tolong pikirkan lebih lanjut tentang Spina Bifida, tidak seperti dulu. Saya merasa bayi kami menendang hari demi hari, itu tidak pernah berubah. Dia sangat istimewa dan bagian dari sejarah kami. Putri kami telah menunjukkan betapa dia layak mendapatkan kehidupan ini."

 

3 dari 3 halaman

Spina Bifida

Ahli bedah kepala di Children's Hospital of Philadelphia, Scott Adzick mengatakan, adanya Spina Bifida menyebabkan tabung saraf, yang berubah menjadi otak dan sumsum tulang belakang di dalam rahum, tidak berkembang dengan baik. Ini membuat sumsum tulang belakang dan sarafnya terkena racun dalam cairan ketuban, yang mencakup urin janin.

Mengutip Washington Post, Adzick mengatakan bahwa semakin tinggi lesi di tulang belakang, semakin banyak saraf yang terkena racun. Sehingga, ketika bayi tidak mendapat perawatan sebelum lahir, kemungkinan dia menderita lumpuh. Selain itu, dia bisa saja mengalami hidrosefalus dan kerusakan otak, hingga masalah pernapasan dan menelan.

Operasi janin dianggap Adzick bukanlah penyembuhan untuk Spina Bifida. Namun, prosedur ini meningkatkan kualitas dari pasien dengan kondisi tersebut.