Liputan6.com, India Meski tak pernah berhubungan seks, Revati Bordawekar (30) sukses melahirkan bayi perempuan secara normal pada 9 Februari 2019. Ia melahirkan bayi mungil bernama Eva setelah 48 jam persalinan.
Wanita asal India ini menderita vaginismus, yang membuat vaginanya tidak dapat melewati penetrasi. Vaginismus adalah gangguan otot yang terjadi di sekitar vagina sehingga penetrasi akan terhambat.
Advertisement
Baca Juga
Namun, kelahiran Eva setelah Bordawekar menjalani proses bayi tabung (in vitro fertilization/IVF). Setelah melahirkan, ia sekarang berharap seks penetrasi tidak akan lagi menjadi hambatan dengan sang suami, Chinmay.
Bordawekar pertama kali bertemu Chinmay melalui kencan daring (online) pada tahun 2013. Saat itu, Bordawekar tinggal di Amerika Serikat, lantas pindah ke India. Ia menikah pada usia 25 tahun.
Tepat pada malam pernikahannya, Bordawekar memberi tahu suaminya tentang kondisi vaginismus yang dideritanya.
"Kami belum mencoba untuk seks, tapi aku yakin itu tidak akan menjadi penghalang lagi (setelah Eva lahir)," ujar Bordawekar, yang berprofesi sebagai pemasar digital, dikutip dari Mail Online, Minggu, 10 Maret 2019.
Terakhir kali, Bordawekar berusaha berhubungan seks dengan suaminya, yakni sebelum menjalani IVF pada awal 2018. Ia mengungkapkan vanigismus sangat tidak nyaman dan sangat ingin terbebas dari kondisi tersebut.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Lubang vagina menutup
Kondisi vaginismus disadari Bordawekar saat mencoba menggunakan tampon. untuk pertama kalinya. Saat itu ia berusia 22 tahun. Setiap kali mencoba memasukkan tampon, tangannya mulai bergetar.
Kemudian lubang vagina akan menutup dengan sendirinya. Ia merasa tidak cukup nyaman untuk pergi ke rumah sakit untuk berkonsultasi tentang apa yang dialami.
"Meskipun ragu, aku tidak bisa melakukan hubungan intim. Aku hanya memutuskan untuk menyerahkan saja, apa yang akan terjadi di masa depan," ucap Bordawekar.
Setelah membuang rasa takut kepada sang suami, ia akhirnya berani menjelaskan kondisinya. Untuk mengobati vaginismus, Bordawekar pernah mencoba pemanasan, minum anggur, dan menggunakan krim. Namun, tidak ada tips yang berhasil.
Advertisement
Putuskan bayi tabung
Demi mendambakan momongan, Bordawekar pergi ke rumah sakit. Dokter bedah memotong selaput dara dan melebarkannya. Cara itu diharapkan ia akan mengatasi kondisi vaginismus. Sayangnya, itu juga gagal membantu.
Putus asa, pasangan ini akhirnya menemukan metode IVF. Pada Mei 2018, Bordawekar menjalani IVF.
“Ketika aku mendapatkan tes kehamilan positif pertama, rasanya sangat tidak nyata sehingga aku sampai menangis. Hari yang kami tunggu begitu lama akhirnya tiba juga (punya bayi)," lanjutnya.
Kehamilan IVF dipantau terus bidan yang menangani Bordawekar. Saat persalinan berlangsung, ia mengungkapkan meminta lima menit untuk menguatkan dirinya sebelum dia mulai mengejan.
"Aku ingin menunjukkan, vaginismus tidak menghentikan Anda melahirkan bayi. Jika aku bisa melakukannya, Anda juga bisa. Dan juga vaginismus itu nyata. Tidak bisa diobati dengan krim atau minum anggur," tutup Bordawekar.