Sukses

Walau Sehat, Kebanyakan Olahraga Turunkan Gairah Seks

Selain merusak tubuh, ada alasan lain terkait gairah seks yang membuat olahraga berlebihan bisa berbahaya

Liputan6.com, Jakarta Olahraga memang menyehatkan dan mudah untuk dilakukan. Namun, di balik manfaatnya bagi tubuh, ada efek buruk dari latihan dengan intensitas tinggi bagi kehidupan seks seseorang.

Sebuah penelitian dalam jurnal Medicine and Science in Sports and Exercise menemukan adanya kaitan yang sedikit berbanding terbalik antara durasi dan intensitas olahraga dengan libido pria. Semakin lama sesi latihan, semakin sulit seseorang untuk berhubungan seks.

"Penelitian oleh tim kami dan yang lainnya menunjukkan bahwa pria yang terlibat dalam latihan daya tahan kronis, lebih cenderung menginduksi kadar testosteron yang rendah, hormon yang berkaitan dengan libido," kata ketua peneliti Dr. Anthony Hackney dari University of North Carolina di Chapel Hill, Amerika Serikat seperti dikutip dari Men's Journal pada Senin (11/3/2019).

Dalam studi ini, para peneliti melakukan survei dan analisis pada orang-orang dengan olahraga keras hingga 10 jam per minggu. Orang-orang yang melaporkan melakukan latihan semacam itu, dengan intensitas latihan melebihi 70 persen VO2 max-nya, kemungkinan besar memiliki gairah seks yang lebih rendah.

Simak juga video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Jangan olahraga berlebihan

Di sisi lain, latihan ketahanan dengan tingkat rendah hingga sedang tidak berdampak pada kesehatan seksual. Para peneliti mengatakan, jika Anda merpakan seorang atlet yang berfokus pada kekuatannya, Anda malah benar-benar terbebas dari libido rendah.

"Atlet yang terlatih kekuatannya bekerja sangat keras, tetapi sifat latihan mereka biasanya tidak menghasilkan volume dosis lathihan yang besar," kata Hackney.

Maka dari itu, Anda tidak perlu takut melakukan lari 5K atau CrossFit. Namun, Anda melakukannya tiba-tiba atau berlebihan, ini bisa berpengaruh pada kehidupan seks.

Penelitian ini sendiri hanya melihat keterkaitan antara olahraga berlebihan dengan menurunnya libido pria. Mereka tidak mencari tahu bagaimana untuk meningkatkannya kembali.

"Kami berharap dokter akan sadar tentang perlunya menanyakan tentang apa yang dilakukan seorang pria saat olahraga, ketika mereka datang dengan pasangannya sambil mencari bantuan terkait masalah kesuburan," kata Hackney.

"Olahraga itu luar biasa. Saya percaya bahwa olahraga adalah obat. Namun jika seseorang berolahraga, mereka perlu sadar ini tidak mencegahnya dari beberapa konsekuensi kesehatan negatif."