Liputan6.com, Jakarta Tingginya penyakit kanker juga dipengaruhi oleh perekonomian suatu negara. Ini diungkapkan oleh Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre (PCC), Singapura Dr. Ang Peng Tiam.
"Beberapa kanker terkait dengan kekayaan, beberapa kanker terkait dengan kemiskinan," kata Ang ketika ditemui Health Liputan6.com di kawasan Sudirman, Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Minggu (31/3/2019).
Baca Juga
Ang memberikan sebuah ilustrasi. Kanker payudara misalnya, penyakit ini banyak ditemui di negara-negara dengan perekonomian yang baik atau maju seperti Singapura dan Amerika Serikat. Sementara itu, jenis kanker yang banyak menyerang perempuan ini tidak banyak ditemukan di India.
Advertisement
Ang mengatakan, kondisi ekonomi yang baik juga membuat konsumsi daging merah atau makanan berlemak semakin tinggi. Ini berbanding terbalik dengan negara-negara miskin yang lebih banyak mengonsumsi makanan berbasis tumbuhan.
"Ini salah satu alasan mengapa kanker payudara atau kolorektal lebih banyak ditemui di negara-negara Barat jika dibandingkan dengan India," tambah dokter yang merupakan Direktur Medis PCC itu.
"Sementara itu, kanker yang terkait dengan kemiskinan salah satunya adalah kanker perut. Namun banyak orang berargumen, kalau begitu, kenapa ini tinggi di Jepang? Hal ini karena di Jepang, ada faktor makanan yang mempengaruhi," ujar Ang.
Maka dari itu, meskipun punya pengaruh, tetapi bukan berarti suatu kanker disebabkan secara tunggal oleh kondisi ekonomi suatu negara. Ada banyak faktor risiko yang menimbulkan hal semacam ini.
"Misalnya kanker hati banyak ditemukan di negara yang tinggi angka hepatitis B atau hepatitis C. Misalnya di Singapura, karena bayi sudah divaksin hepatitis, jumlah kanker hati perlahan menurun."
Â
Simak juga video menarik berikut ini:
Paling umum di Indonesia belum tentu kanker payudara
Ketika tahu bahwa angka kanker payudara dan serviks di Indonesia terbilang tinggi, Ang mengatakan bahwa ada kemungkinan berbagai jenis kanker lain yang belum terungkap. Ini karena wilayah Indonesia yang luas serta terdiri dari beragam kondisi ekonomi.
"Indonesia tidak bisa langsung dikotak-kotakkan yang paling sering satu jenis kanker tapi harus dilihat berdasarkan kelompok orang di dalamnya," ujar Ang.
"Indonesia adalah negara yang sangat besar, kemampuan untuk melihat seluruh negara sangatlah kompleks. Jadi ketika ditemukan bahwa kanker payudara adalah yang paling sering, patut dipertanyakan apa itu mayoritas di Jakarta atau di desa-desa kecil di mana orang mungkin kena kanker tapi tidak tahu penyebabnya."
Jika dibandingkan dengan Singapura, akurasi pendataan jelas lebih mudah karena penduduknya tidak terlalu banyak dan berada di satu wilayah kecil. Sementara di Indonesia, ada sekitar 200 juta penduduk yang tersebar di ribuan pulau.
"Maka dari itu, kalau soal akurasi di Singapura mungkin lebih mudah ketimbang di Indonesia yang penduduknya banyak dan terpencar-pencar."
Mengutip sehatnegeriku.kemkes.go.id, data Globocan menemukan bahwa angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki–laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100 ribu penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100 ribu penduduk.
Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100 ribu penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100 ribu penduduk.
Advertisement