Liputan6.com, Jakarta Saat ini, tes untuk mendiagnosis parkinson secara tepat belum ada. Namun, seorang wanita bernama Joy Milne dipercaya bisa mendeteksi penyakit neurodegeneratif tersebut hanya dari penciumannya.
Seperti dilansir dari Science Alert pada Selasa (2/4/2019), kemampuan Joy memang sudah diketahui sejak 2017. Namun, baru-baru ini para peneliti penasaran dan melakukan studi terhadap wanita tersebut.
Baca Juga
Joy sendiri diketahui mencium bau tidak biasa pada Les Milne, sang suami, 10 tahun sebelum pria itu didiagnosis terkena parkinson. Ketika bertemu orang dengan aroma tubuh yang sama, dia sadar bahwa ada keterkaitan antara keduanya. Sejak itu, para peneliti bekerja sama dengan Joy untuk mencari tahu bau apa yang dia cium.
Advertisement
Ada kemungkinan, kejadian ini terkait dengan sebum, sebuah sekresi berminyak yang membantu menjaga kulit dan rambut seseorang untuk tetap lembap secara alami. Zat ini biasa diproduksi lebih banyak pada orang dengan parkinson.
Meskipun begitu, para peneliti masih mencari tahu persis penanda apa yang mengeluarkan aroma seperti yang dicium Joy. Mereka menggunakan analisis kimia spektrometri massa untuk mengekstrasi senyawa individu.
"Kami merancang beberapa percobaan untuk meniru apa yang dilakukan Joy, untuk menggunakan spektrometer massa, untuk melakukan apa yang dapat dilakukannya ketika Joy mencium aroma-aroma itu pada orang-orang dengan parkinson," kata salah seorang anggota peneliti Perdita Barran dari University of Manchester, Inggris pada BBC.
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Pencegahan Parkinson Lebih Cepat
Dalam studi itu, Barran mengatakan bahwa mereka mengambil sampel dari permukaan kulit yang kaya akan metabolit sehingga bisa membedakan pasien yang sehat dengan mereka yang berada di tahap awal parkinson. Secara paralel, para ilmuwan menggunakan "detektor manusia" berupa individu dengan kemampuan penciuman yang luar biasa.
"Pendekatan analitik dan manusia yang dikombinasikan membantu kami untuk menilai sampel identik yang diharapkan akan menentukan perubahan molekuler mana kulit yang mungkin menghasilkan bau unik dan ditemukan pada penderita parkinson. Ini memungkinkan diagnosis awal dan non-invasif, bahkan sebelum gejala fisik terjadi," kata Barran seperti dikutip dari manchester.ac.uk.
Penelitian yang dipublikasikan di ACS Central Science ini mengambil 64 sukarelawan. Joy kemudian mencium aroma tubuh mereka untuk kemudian dianalisis. Para ilmuwan menemukan bahwa orang-orang dengan penyakit parkinson, memiliki lebih banyak asam hippuric, eicosane, octadecanal, dan biomarker lain dalam sebum lainnya.
Meskipun begitu, 64 orang masih merupakan penelitian yang kecil. Sehingga, ilmuwan masih terus melakukan penelitian untuk bisa mendeteksi parkinson lebih cepat.
Di sisi lain, Joy juga mengklaim dirinya bisa mencium aroma penyakit lain seperti Alzheimer dan kanker. Sehingga, tugasnya belum tuntas hingga dirinya punya peran dalam membantu kemajuan ilmu kesehatan. Selanjutnya, dia akan bekerja dengan para peneliti untuk tes diagnostik yang berpotensi menemukan tuberkulosis.
Advertisement