Sukses

Efek Kelelahan yang Dialami Petugas KPPS Berujung Serangan Jantung

Efek kelelahan yang dialami petugas KPPS saat Pemilu 2019 yang berujung serangan jantung.

Liputan6.com, Jakarta Rusdiono (60), petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 97, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor meninggal dunia setelah tak sadarkan diri. Peristiwa memilukan itu terjadi usai ia mengantar surat suara ke kantor kecamatan pada Kamis, 18 April 2019.

Lain pula cerita Ketua KPPS Jaenal yang meninggal dunia setelah sempat pingsan usai melakukan pengecekan TPS 09 di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor pada Rabu, 17 April 2019. Penyelenggaraan Pemilu 2019 meninggalkan duka atas gugurnya pejuang demokrasi.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengungkapkan, sebagian besar petugas KPPS yang bertugas pada Pemilu 2019 meninggal dunia karena didera kelelahan dan terkena serangan jantung. Hingga Selasa, 29 April 2019 pukul 16.30 WIB tercatat 119 orang petugas KPPS meninggal dunia. Sementara itu, 548 orang petugas KPPS lainnya dinyatakan sakit.

Dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah Dicky Hanafy menanggapi tentang petugas KPPS yang meninggal.

"Iya, kelelahan bisa mengakibatkan serangan jantung. Bermula dari kelelahan yang dialami petugas KPPS, stres akan meningkat. Faktor dari stres ini akan berpengaruh ke jantung. Seseorang bisa kena serangan jantung," jelas Dicky saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Rabu (24/4/2019).

Stres yang tinggi karena kelelahan akan mengganggu proses metabolisme dan hormonal di dalam tubuh. Kelelahan terjadi karena dipaksanya fisik dan mental untuk bekerja secara terus-menerus tanpa istirahat yang cukup. Beberapa cerita petugas KPPS pun ada yang tidak sempat makan dan istirahat demi lekas menyelesaikan penghitungan surat suara.

Simak video menarik berikut ini:

2 dari 3 halaman

Punya riwayat penyakit jantung

Ketika ditanya apakah petugas KPPS yang kelelahan dan kena serangan jantung kemungkinan punya riwayat penyakit jantung, Dicky menjawab, seseorang kena serangan jantung memang dipastikan dia punya riwayat penyakit jantung.

"Jika merasa tidak punya riwayat penyakit jantung, berarti sebenarnya penyakit jantungnya tidak terdeteksi. Saat kelelahan menyerang, ini memicu serangan jantung," tambah dokter yang berpraktik di Pusat Jantung Nasional RS Harapan Kita Jakarta.

Dari jurnal berjudul Relationship between Occupational Stress and Cardiovascular Risk Factors Determination: A Case-control Study yang ditulis Zohreh Gheisari dan Reza Beiranvand dkk, stres kerja adalah respons emosional dan psikologis yang terjadi saat seseorang merasa tidak memiliki kinerja yang cukup untuk bereaksi terhadap tuntutan.

Interaksi antara karakteristik individu dan kondisi kerja pun membuat tuntutan lebih tinggi daripada kemampuan individu, menurut laporan jurnal yang dipublikasikan di Journal of Research in Medical dan Dental Science tahun 2018. Studi saat ini menguak situasi masyarakat yang penuh tekanan menimbulkan penyakit jantung koroner, yang menjadi penyebab utama kematian dini dan mengancam kehidupan jutaan orang di seluruh dunia.

"Sebaiknya sebelum bertugas, petugas KPPS perlu medical check up (pemeriksaan kesehatan). Bisa juga untuk persyaratan jadi petugas KPPS dalam rentang usia berapa saja. Karena pengaruh stres ini cukup besar, apalagi buat mereka yang punya riwayat penyakit jantung dan berisiko kena serangan jantung," lanjut Dicky.

3 dari 3 halaman

Pemeriksaan kesehatan jantung

Guna mencegah serangan jantung, seseorang perlu mengetahui apakah dirinya punya riwayat penyakit jantung atau tidak. Pemeriksaan kesehatan jantung perlu dilakukan setahun sekali, terutama bagi orang yang berusia di atas 40 tahun.

"Medical check up penting buat orang berusia di atas 40 tahun. Setahun sekali pemeriksaannya," Dicky melanjutkan.

Tak hanya serangan jantung, kelelahan juga menjadi salah satu tanda seseorang mengalami gagal jantung. Jurnal berjudul Fatigue: A Complex Symptom and its Impact on Cancer and Heart Failure yang ditulis Jacqueline Aparecida Borges dan Mônica Maria Pena Quintão dkk menyatakan, kelelahan dipicu oleh perfusi darah--distribusi darah ke dalam paru-paru--yang tidak memadai.

Kondisi ini memengaruhi otot pernapasan dan sistem saraf perifer serta menyebabkan berkurangnya kapasitas oksidatif--keadaan yang mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya.

Gejala kelelahan dapat dipicu kelemahan otot jantung dan malnutrisi yang menyertai tahap metabolisme. Pasien dengan gagal jantung stadium lanjut dapat mengembangkan sarkopenia--penuaan dan aktivitas fisik yang kurang, yang mengakibatkan kelelahan semakin buruk.

Kelelahan juga dihubungkan dengan gagal jantung terkait dengan anemia, sleep apnea, gangguan elektrolit, penggunaan beta-blocker dan diuretik (obat tekanan darah tinggi), menurut studi yang dipublikasikan di International Journal of Cardiovascular Sciences pada 2018.