Sukses

Kebahagiaan Bukan Didapat dari Buku Motivasi

Banyak orang mencari kebahagiaan dengan mengejar materi dan membaca buku. Bisakah itu dicapai dengan cara semacam ini?

Liputan6.com, Jakarta Banyak buku motivasi dan referensi yang menunjukkan cara mencapai kebahagiaan. Namun, perasaan ini bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari secara teori saja.

Psikoterapis Yusa Azis mengatakan secara teori, kebahagiaan sulit untuk dijelaskan. Bahagia adalah sesuatu yang harus dialami.

"Dengan kata lain, orang yang mencari kebahagiaan itu memang perlu mencarinya di dalam," kata Yusa kepada Health Liputan6.com ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, ditulis Minggu (28/4/2019).

Yusa menambahkan, orang-orang seperti dirinya hanya menjadi seorang fasilitator untuk membantu orang lain menemukan kebahagiaan di dalam dirinya sendiri. Selain itu, ada banyak teori mengenai bagaimana cara untuk bisa bahagia.

"Tapi itu sebatas intelektualitas, hanya sebatas rasional, akibatnya tidak menyentuh ke dalam," kata pendiri Sanggar Jiwa Bertumbuh ini. Sehingga, seseorang akan tahu secara teori tetapi tidak memahami tentang bahagia itu sendiri.

Saksikan juga video menarik berikut ini

2 dari 2 halaman

Kebahagiaan Tidak Dicapai dengan Logika

Menurut Yusa, kebahagiaan adalah sebuah perasaan. Bukan sesuatu yang bisa dicapai dengan logika atau rasionalitas.

"Susah pakai rasional, susah pakai intelektual, susah pakai logika."

Padahal, orang Indonesia selama ini dididik untuk berpikir hanya dengan logika belaka. Hal ini membuat orang semakin jauh dengan jiwa dan tidak bisa merasakannya lagi.

"Semakin jauh dari jiwa, semakin jauh kita dari kebahagiaan itu. Karena kita tidak dilahirkan untuk susah. Kodrat kita dilahirkan untuk bahagia, apapun statusnya," kata Yusa mengungkapkan.

Selama melayani perawatan kesehatan jiwa sendiri, Yusa melihat bahwa masalah jiwa masih dianggap sepele oleh masyarakat. Ini membuat banyak orang enggan bertemu dengan pakar kesehatan jiwa.

"Kita tidak bisa berbicara spiritualitas ketika spiritualitas itu hanya dijadikan pelarian. Tidak ada ketenangan yang bisa dicapai dengan mencari solusinya di luar diri kita," Yusa menambahkan.

"Solusi dan jawaban kebenaran sebenarnya terletak di dalam jiwa manusia itu sendiri."