Sukses

Menolak Vaksin karena Dianggap Dosa, Remaja Ini Malah Kena Cacar Air

Kunkel menggugat vaksin dengan alasan keagamaan. Namun, dia sendiri malah terkena cacar air

Liputan6.com, Jakarta Seorang remaja di Kentucky, Amerika Serikat terkena cacar air. Ironisnya, beberapa waktu yang lalu, pemuda itu tengah mengajukan gugatan yang menolak vakasinasi.

Jerome Kunkel, mengajukan gugatan terhadap Departemen Kesehatan di negara bagian tempatnya tinggal. Hal ini dikarenakan pria 18 tahun itu ditolak ikut dalam berpartisipasi di pertandingan basket sekolahnya karena menolak melakukan vaksin cacar air.

Melansir New York Post pada Jumat (10/5/2019), aturan ini diberlakukan setelah 32 siswa mengalami cacar air. Maka dari itu, dinas kesehatan setempat meminta agar siswa yang tidak divaksinasi diminta tidak bersekolah hingga 21 hari setelah terjadi ruam pada warga sekolah.

Kunkel mengatakan bahwa vaksin tersebut berasal dari sel-sel janin yang diaborsi. "Tidak bermoral, ilegal, dan berdosa," katanya dalam gugatan tersebut.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

2 dari 3 halaman

Didukung Teman-temannya

Di 1960-an, beberapa vaksin memang dikembangkan menggunakan sel-sel yang diambil dari dua janin yang diaborsi. Meski begitu, cara itu sudah tidak lagi digunakan karena garis sel dalam vaksin modern bisa tumbuh secara mandiri.

Kunkel tidak sendiri. Sekitar 24 anak lain mendukungnya. Dilaporkan sekolah menengah tempat Kunker terafiliasi dengan kelompok konservatif Katolik Roma yang menolak Konsili Vatikan II. Hampir 90 persen siswanya juga memiliki penolakan terhadap vaksinasi.

Meski begitu, pengacara Kunkel, Christopher Wiest mengatakan bahwa sekitar setengah dari kliennya terkena penyakit menular tersebut sejak pendaftaran gugatan.

"Dia baik-baik saja. Dia sedikit gatal-gatal," kata Wiest dikutip dari Cincinnati.com. Dia juga mengklaim bahwa cara terbaik untuk meningkatkan kekebalan dari penyakit itu adalah dengan menularkannya sendiri.

3 dari 3 halaman

Rentan Menyebarkan Penyakit ke Masyarakat

Melihat hal ini, Departemen Kesehatan angkat bicara. Mereka mengatakan bahwa perspektif semacam itu bisa membuat orang-orang tertular dengan mudah.

"Mendorong penyebaran penyakit menular akut di sebuah komunitas menunjukkan ketidakpedulian terhadap kesehatan, keselamatan, teman, keluarga, tetangga, dan anggota masyarakat umum yang tidak menaruh kewaspadaan," kata Departemen Kesehatan dalam sebuah pernyataan resmi.

“Langkah-langkah pengendalian, seperti pembatasan kehadiran di sekolah, partisipasi kegiatan ekstrakurikuler, dan instruksi bagi mereka yang memiliki gejala untuk menghindari kontak dengan orang lain, dirancang untuk mencegah orang yang tidak divaksinasi yang telah terpapar virus menginfeksi anggota masyarakat pada saat mereka terinfeksi, "kata pernyataan itu.

Gugatan Kunkel dilawan oleh hakim James R. Schrand yang mengajukan banding. Pengadilan setempat belum memutuskan apakah larangan kehadiran di sekolah akan tetap berlaku.