Liputan6.com, Jakarta Selama ini, untuk mendeteksi bakteri, dokter membutuhkan beberapa hari sebelum membuat resep antibiotik yang kuat berjenis tertentu. Namun, peneliti saat sedang mengembangkan alat yang mampu mendeteksi bakteri hanya dalam beberapa menit.
Penelitian tersebut dilakukan oleh tim di Penn State University. Pendekatan tersebut nantinya memungkinkan dokter untuk melihat kehadiran bakteri dan kerentanannya terhadap obat dalam tiga puluh menit saja.
Baca Juga
Penghargaan untuk 4 Perempuan Peneliti Indonesia yang Meneliti Pengurangan Emisi Karbon sampai Ketangguhan Hadapi Bencana
Peneliti: Limbah Elektronik dari Komputer AI Bisa Tak Terkendali di Tahun 2030
Peneliti Temukan Kota yang Hilang di Hutan Meksiko, Ada Piramida dan Lapangan Olahraga dari Tahun 750 SM
Melansir Channel News Asia pada Minggu (26/5/2019), alat ini dikembangkan oleh profesor teknik biomedis dan teknik mesin, Pak Kin Wong bersama rekan-rekannya.
Advertisement
Dia menggunakan mikroteknologi untuk menjebak sel bakteri tunggal yang bisa dilihat di bawah mikroskop elektron dengan. Selama ini, untuk melakukan analisis tersebut, para ahli harus melakukannya selama tiga hingga lima hari.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Mendeteksi dan Mempelajari Jenis Bakteri
Dalam laporan yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences pada Senin, 6 Mei lalu, Wong mengatakan dengan cara tersebut, antibiotik bisa diresepkan meski bakteri belum ditemukan.
"Itu adalah salah satu hal yang kami coba ekspresikan. Bisakah kita dengan cepat menentukan keberadaan bakteri," kata Wong.
Perangkat yang dikembangkan ini juga tidak hanya mendeteksi bakteri. Benda tersebut bisa mengklasifikasikan klasifikasinya dengan melihat apakah sel tersebut berbentuk bulat, batang, atau spiral.
"Perangkat ini menentukan keberadaan tetapi bukan jenis bakteri. apa yang kami kerjakan adalah pendekatan molekuler komplementer sehingga kita bisa mengidentifikasi spesies," kata Wong.
Â
Advertisement
Melihat Penggunaan Antibiotik
Setelah bakteri ditemukan, sampel terpapar antibiotik bisa dilihat untuk menentukan apakah mereka resisten atau sejauh mana intervensi antibiotik tidak efektif.
Wong mengatakan infeksi saluran kemih merupakan infeksi bakteri yang paling umum. Namun, lebih dari 75 persen spesimen urin yang dikirim ke laboratorium mikrobiologi klinis adalah negatif.
"Ini dengan cepat mengesampingkan atau mengonfirmasi keberadaan bakteri pada konsentrasi yang relevan secara klinis, yang akan secara dramatis meningkatkan perawatan pasien."
Wong berharap, dalam waktu tiga tahun, perangkat ini bisa dipasarkan dan digunakan di rumah sakit dan layanan kesehatan.