Sukses

Orgasme Tidak Terkendali, Bukan Masalah Gairah Seks

Jika Anda berpikir orgasme bisa didapatkan hanya lewat seks, beberapa orang ternyata tidak bisa mengendalikannya

Liputan6.com, Jakarta Apabila selama ini orang-orang menganggap bahwa orgasme hanya bisa dicapai lewat hubungan seks, namun ada kondisi yang membuat seseorang tidak bisa mengendalikannya.

Menurut The International Society of Sexual Medicine (ISSM), orgasme yang tidak terkendali dikenal secara medis dengan nama persistent genital arousal disorder (PGAD) atau gangguan rangsangan genital persisten. Melansir Women's Health pada Senin (27/5/2019), masalah ini tidaklah menyenangkan.

Spesialis obstetri dan ginekologi Jessica Shepherd mengatakan bahwa orgasme ini tidaklah memuaskan tetapi menyakitkan bagi perempuan.

Belum lagi, ada beberapa gejala yang menyertainya seperti kesemutan pada klitoris, iritasi, nyeri, tertekan, peningkatan aliran darah ke alat kelamin dan kontraksi vagina yang bisa berlangsung cukup lama.

Simak juga video menarik berikut ini:

2 dari 3 halaman

Tidak Berhubungan dengan Hasrat Seksual

Shepherd menambahkan bahwa masalah ini sama sekali tidak berhubungan dengan hasrat seksual.

"Ini adalah gangguan rasa sakit dan itu adalah perbedaan penting yang harus digaris bawahi," kata Shepherd.

Tidak jelas apa yang membuat seorang wanita mengalami PGAD. Namun, beberapa ahli berpikir bahwa stres, perubahan neurologis atau vaskular bisa menjadi pemicunya.

Beberapa studi sederhana juga melihat hubungan antara perubahan hormon akibat obat dan kondisi tersebut. Potensi lainnya juga termasuk sindrom kaki gelisah dan kandung kemih yang terlalu aktif, namun temuan ini berdasarkan populasi yang kecil.

"Ada juga penelitian mengenai PGAD bisa berkembang bersamaan dengan gangguan nyeri panggul lainnya seperti endometriosis, sistitis, interstitial, dan vulvodynia," ujar Shepherd menambahkan.

3 dari 3 halaman

Mengelola Gejalanya

Belum ada pengobatan yang diketahui untuk masalah ini. Namun, gejala-gejalanya bisa dikelola.

Misalnya, apabila stres dianggap sebagai pemicunya, terapi perilaku kognitif bisa sangat membantu. Selain itu, dalam sesi terapi, pasien yang mengidentifikasi penyebabnya juga harus belajar mengatasi rasa malu dan kecemasan akibat orgasme yang tidak terkendali.

Beberapa pengobatan juga biasanya diresepkan untuk membantu depresi dan kecemasan. Mereka juga membantu meredakan stres psikologis akibat orgasme yang tidak terkendali.

Shepherd mengatakan, apabila Anda mengalami orgasme tidak terkendali atau gejala-gejalanya, jangan malu untuk berkonsultasi ke dokter atau ginekolog.

"Karena ini adalah kondisi panggul, ada banyak rasa malu di sekitarnya," kata Shepherd.