Liputan6.com, Jakarta Negara-negara Skandinavia seperti Finlandia, Denmark, dan Islandia selama beberapa tahun terakhir menyandang predikat negara paling bahagia.
Pada Maret 2018, Perserikat Bangsa-Bangsa mengumumkan sejumlah negara yang warganya terbebas dari stres serta memiliki kebahagian hidup paling tinggi. Dari sekian banyak negara yang disebut, mayoritas negara-negara Skandinavia yang menempati posisi teratas, sebagaimana dikutip dari Livestrong pada Jumat, 7 Juni 2019.Â
Baca Juga
Hal itu diperkuat setelah The World Happiness Report merilis urutan negara-negara paling bahagia di dunia pada awal 2019. Posisi dua teratas ditempati oleh Finlandia dan Denmark.
Advertisement
Konon, kebahagian yang mengelilingi hidup orang-orang di sana lantaran gaya hidup yang mereka terapkan sehari-hari. Selain menyehatkan, efek lain yang mereka dapat adalah kondisi emosional yang sangat stabil.Â
Dan, lagom merupakan rahasia di balik itu semua. Lagom, seperti yang dijelaskan Anna Brones di dalam bukunya berjudul Live Lagom: Balanced Living the Swedih Way, merupakan seni kehidupan seimbang dan perasaan 'cukup'.
Dengan menggunakan perspektif yang 'pas-pas' saja itu, orang-orang di Denmark, Finlandia, dan Islandia menjadi pribadi yang easy going, mudah bersyukur, tidak suka menuntut di luar batas, dan selalu berusaha untuk menjaga atau mengolah apa yang sudah dimiliki sebelumnya.
Gaya hidup lagom tersebut terdiri dari tidak berlebihan dalam mengejar materi, tidak memiliki barang terlalu banyak, mengonsumsi makanan organik, dan menghargai orang lain.
Simak video menarik berikut ini:
Orang Denmark dan Pola Makan Organik
Â
Apa benar seperti itu? Jawabannya bisa jadi 'iya'. Setidaknya, dari empat poin yang disebutkan itu, dilihat dan dirasakan sendiri saat jurnalis Health Liputan6.com mengunjungi Denmark di pertengahan April 2019.
Poin pertama soal tidak berlebihan dalam mengejar materi. Ini terlihat dari jam operasional toko-toko dan kantor di sana.
Berdasarkan pengalaman pribadi, agak dilema ketika akan membeli sesuatu di sana. Mau beli yang ini dulu takut toko yang akan dituju berikutnya sudah tutup. Sebab, toko di sana hanya beroperasi sampai pukul 17.00 waktu setempat, atau selambat-lambatnya pukul 18.00.
Â
Â
Poin berikutnya perihal makanan yang mereka santap. Benar bahwa orang-orang di Denmark sebisa mungkin mengonsumsi makanan organik.
Ini yang terlihat saat bertamu ke rumah pasangan Anna dan Meickel di Aarhus, kota terbesar nomor dua di Denmark.
Dari obrolan yang terjadi selama nyaris dua jam, Amma dan Meickel mengungkapkan bahwa persentase jumlah produk organik yang dibeli pada saat belanja adalah 80 persen.
Dan produk organik yang kerap mereka beli dan konsumsi sehari-hari adalah susu dan turunannya, buah, dan sayur.
Â
Â
Saat disinggung alasan memilih susu organik atau makanan organik, bukan semata-mata karena kesehatan. Akan tetapi lebih kepada keamanan pangan, khususnya karena tidak mengandung pestisida. Selama ini, persepsi orang terhadap pestisida adalah sesuatu yang sangat tidak sehat.
"Kalau dari rasa, sebenarnya tidak ada perbedaan terlalu mencolok antara produk organik dan konvensional. Akan tetapi terkadang anak-anak yang dapat merasakan perbedaan itu," katanya.
Menurut mereka, pola konsumsi yang sebisa mungkin organik ini terbentuk dari lingkungan yang sangat mendukung masyarakat di Denmark menerapkannya.
"Lingkungan sangat mendukung masyarakat Denmark dalam menciptakan gaya hidup dan tren konsumsi produk organik, khususnya pemerintah setempat yang rajin memberikan edukasi mengenai berbagai macam hal terkait produk organik," kata Meickel.
Advertisement
Produsen Susu Organik di Denmark
Â
Bicara soal susu organik orang Denmark, berarti bicara juga tentang Arla Foods, produsen susu terbesar di Eropa dan diakui sebagai produsen susu organik terbesar di dunia.
"Arla adalah produsen susu organik terbesar di dunia. Kami ingin memimpin dalam hal menjadikan susu organik mudah didapat oleh orang di seluruh dunia," kata Vice President of Arla Foods Southest Asia, Mark Boot kepada jurnalis yang diundang ke kantor mereka.
Arla Foods merupakan perusahaan susu internasional yang dimiliki oleh 10.300 peternak koperasi dari Denmark, Swedia, Inggris Raya, Jerman, Belgia, Luxembourg, dan Belanda.
Jorgen Staarup Christensen, Vice President, Commercial Operation Arla International menjelaskan bahwa semua susu organik Arla bersumber dari peternakan, yang sapinya dilepas di padang rumput setiap saat yang memungkinkan, dan 100 persen diternakan di lahan organik, yang artinya tidak ada penggunaan pupuk atau herbisida buatan.
"Dan Denmark adalah salah satu negara yang mengonsumsi produk organik terbanyak di dunia," ujarnya.
Â
Â
Dan, atas dasar agar semua orang di seluruh dunia mudah mendapatkan produk susu organik, Arla Foods membangun kerjasama (joint venture) dengan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
ICBP dipilih karena Arla melihat pengalaman kuat mereka di industri susu dan jaringan distribusi FMCG yang luas di Indonesia dengan akses dan jaringan ke mitra penjualan atau ritel.
Kerjasama tersebut dituangkan dalam nama perusahaan yang disebut PT Arla Indofood Makmur Dairy Indonesia.
Managing Director Arla Indofood, Ciptadi Sukono, mengatakan, ICBP bangga dapat bekerjasama dengan Arla Foods.
Â
Â
Dengan misi mewujudkan masa depan lebih sehat, PT Arla Indofood berupaya menciptakan masa depan produk susu, dan memenuhi kebutuhan berbagai pihak di Indonesia dengan praktik pengelolaan susu yang berkelanjutan agar dapat menghadirkan produk susu alami, sehat, bernutrisi, dan berkualitas tinggi serta produksi yang terjamin aman.
"Kami melihat potensi besar perkembangan kategori susu di Indonesia, khususnya susu organik," kata Ciptadi.
"Indonesia memiliki populasi besar dan berkembang, yang diperkirakan akan ada 90 juta konsumen baru yang lebih makmur pada 2030," ujarnya.
Susu, kata Ciptadi, adalah standar emas nutrisi dan permintaan terus meningkat sebanyak lima persen setiap tahun hingga 2020.
Terlebih saat ini, semakin banyak masyarakat yang beralih untuk hidup lebih sehat dan alami, Ciptadi melihat adanya peluang besar di industri susu, khususnya susu organik.
"Permintaan produk organik pun tumbuh pesat di Indonesia. Hal ini didorong oleh kesadaran akan kesehatan dan daya beli yang membaik," katanya.
Menurut Ciptadi, konsumsen Indonesia mulai memahami keunggulan produk organik, dan kategori organik tumbuh menjadi salah satu yang paling cepat untuk produk kemasan.