Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertahanan Jepang mengungkap bahwa vertigo pada pilot jet tempur F-35A jadi kemungkinan penyebab kecelakaan jet tempur F-35A yang hilang kontak pada 9 April lalu.
Vertigo yang dialami pilot berusia 41 tahun ini termasuk dalam disorientasi spasial (gangguan kesadaran terkait arah). Kondisi ini membuat pilot kehilangan keseimbangan.
Advertisement
Seperti dilansir Japan Today, Selasa (11/6/2019) penyebab jatuhnya pesawat tempur bukan masalah teknis. Kondisi disorientasi spasial pada dasarnya tidak dapat mengetahui di mana lokasi berada.
Baca Juga
Vertigo yang berkaitan disorientasi spasial dipengaruhi lingkungan. Hal ini termasuk masalah serius bagi pilot tatkala cakrawala tidak terlihat. Misalnya, suasana kegelapan dan tertutup awan.
Dokter spesialis kedokteran penerbangan, Wawan Mulyawan pernah menjelaskan permasalahan yang dialami pilot salah satunya disorientasi spasial. Pada tahap ini, pilot tidak dapat mengontrol dan mengendalikan pesawat dengan baik. Pilot pun kehilangan arah untuk menerbangkan pesawat.
“Di ketinggian kan tidak ada jalan tol dan jalan mobil. Jadi, sebenarnya, pesawat itu jalan tidak ada track dan lintasannya. Hingga pilot dan kopilot bisa salah arah saat lihat ke depan, belakang, atas, dan bawah. Telinga kita dan keseimbangan sistem tubuh juga bisa mengecoh saat terbang. Bisa saja perasaan kita sedang naik, tapi sebenarnya pesawat sedang lurus,” jelas Wawan saat diwawancarai Health-Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Contoh disorientasi arah, yang merupakan bagian dari vertigo juga terlihat saat pesawat yang seharusnya berjalan lurus malah menukik. Pilot menurunkan tuas sehingga pesawat menukik.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Beban Kerja Berat
Jet tempur F-35A hilang kontak pada 9 April saat terbang sejauh 135 kilometer sebelah timur Misawa, Prefektur Aomori dalam misi pelatihan. Tak berapa lama, pesawat tempur itu pun ditemukan jatuh ke laut.
Pesawat hilang kontak sekitar 30 menit setelah lepas landas dari Pangkalan Udara Misawa dengan tiga pesawat lainnya. Kecelakaan jet F-35A adalah kecelakaan pertama yang dilaporkan, menurut Angkatan Udara Bela Diri Jepang (Japan's Air Self Defense Force/JASDF).
Pihak Kementerian Pertahanan Jepang menambahkan, gangguan kesada ran arah adalah masalah inti dalam pelatihan untuk menjadi pilot. Gangguan ini bahkan bisa menyerang penerbang yang berpengalaman.
Mereka dapat kehilangan arah di mana mereka berada. Faktor lain bisa dipengaruhi beban kerja yang berat dari kokpit, terlebih lagi pilot harus mengontrol jet tempur modern, dilansir dari BBC.
Advertisement
Berikan Pelatihan Khusus
Adanya kecelakaan pesawat tempur F-35A mendorong Kementerian Pertahanan Jepang untuk memberikan pelatihan khusus kepada para pilot. Pelatihan ini berupa simulasi penerbangan canggih.
Pilot juga diberi penjelasan singkat tentang disorientasi spasial. Hal ini meningkatkan kemampuan pilot menghadapi situasi permasalahan penerbangan, seperti disorientasi spasial.
Jepang mengerahkan F-35As, yang harganya lebih dari 10 miliar yen ($92 juta) untuk menggantikan pesawat tempur F-4 yang sudah tua.
Upaya tersebut merupakan ide Shinzo Abe untuk meningkatkan kapasitas militer negara demi mengubah dinamika kekuasaan di Asia Timur, yakni memodernisasi militernya dengan cepat.