Liputan6.com, Jakarta Seorang dokter di Johor Baru, Malaysia mengalami kecanduan narkoba setelah stres karena pekerjaan yang dinilainya terlalu berlebihan.
Dr. Sasitharan Ayanai (39) mengalami kecanduan narkoba pada sembilan tahun yang lalu. Saat itu, dia sedang melakukan latihan di rumah sakit pemerintah di Johor Baru setelah lulus dari sekolah kedokteran di Rusia.
Baca Juga
Dokter di Papua Jadi Korban Kekerasan Oknum Pejabat, PB IDI Minta Aparat Kepolisian Tindak Pelaku Sesuai Ketentuan
Dilempar dan Dipukul oleh Oknum Pejabat Papua, Dokter di RSUD Lukas Enembe Alami Patah Tulang
The Changcuters Kini Minta Riders Dokter Tiap Kali Konser Usai Insiden Tria Pingsan di Panggung
Mengutip Bernama pada Rabu (12/6/2019), Ayanai mengungkapkan bahwa terkadang waktu kerjanya sangat lama. Seringkali, dia bekerja selama 48 jam tanpa istirahat.
Advertisement
Kondisi kerja itulah yang membuatnya mencoba metamfetamin yang bisa membuatnya lebih berenergi selama berjam-jam.
"Pada waktu itu, saya merasa stres dan setelah beberapa waktu, saya diperkenalkan dengan metamfetamin. Itu adalah pendorong yang dibutuhkan untuk jam kerja yang panjang. Saya hanya ingin energi itu saja," kata dokter kelahiran Seremban, Malaysia ini.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini
Mengalami Depresi
Ayanai awalnya tidak berpikir akan kecanduan. Apalagi, dia adalah seorang dokter.
"Tetapi saya salah ketika obat-obatan menguasai saya dan membuat saya menjadi seorang pecandu kelas berat," ujarnya saat ditemui oleh media nasional Malaysia, Bernama.
Dia menyadari bahwa dirinya kecanduan dan menginginkan awal yang baru dalam kehidupan. Ayanai akhirnya secara sukarela mendaftar ke Rumah Pengasih, sebuah pusat rehabilitasi dari kecanduan pada enam tahun yang lalu.
Namun, dia keluar pada 2017 karena sang ayah sakit. Kondisi itu adalah masa-masa sulit baginya.
"Ketika saya keluar, sulit bagi saya untuk menyesuaikan diri, dan suatu saat, setelah perlawanan enam bulan, ditambah dengan depresi dari penghinaan keluarga, saya kambuh," ungkapnya.
Advertisement
Masih Membutuhkan Bantuan
Hingga di April 2019, Ayanai memutuskan kembali ke pusat rehabilitas tempatnya dulu. Dia sadar dirinya masih membutuhkan bantuan dan sistem pendukung.
"Saya masih menjalani perawatan dan obsercasi di sini untuk memastikan saya tidak kambuh lagi."
Ayanai menambahkan, metamfetamin tetap memiliki efek buruk. Benda itu sering membuatnya marah dan merubah suasana hatinya secara tiba-tiba. Bahkan, dia harus membatalkan pernikahannya 20 hari sebelum dilangsungkan.
Presiden dari Rumah Pengasih, Ramli Abd Samad mengatakan bahwa bukan hanya orang-orang dengan golongan sosial rendah yang menjadi pecandu narkoba. Pekerja profesional pun sangatlah rentan.
"Sekarang banyak orang juga menggunakannya untuk tujuan kerja, seperti meningkatkan kepercayaan diri saat memberikan presentasi dan sebagainya. Ini karena obat modern memiliki kemampuan untuk meningkatkan konsentrasi dan energi," kata Ramli.