Sukses

Pasien di AS Meninggal Usai Transplantasi Tinja

Pasien penerima transplantasi tinja meninggal dunia usai mendapatkan tinja dari pendonor terinfeksi.

Liputan6.com, Amerika Serikat Satu pasien meninggal dunia setelah menerima transplantasi tinja. Kotoran yang ditransplantasikan mengandung bakteri yang resistan terhadap obat antibiotik, menurut laporan Food and Drug Administration yang dipublikasikan Kamis, 13 Juni 2019.

Terkait laporan tersebut FDA memperingatkan penyedia layanan kesehatan, penggunaan mikrobiota fekal untuk transplantasi tinja (FMT) dapat menyebabkan infeksi serius atau mengancam jiwa.

Dua pasien penerima transplantasi tinja dengan sistem kekebalan yang lemah menerima FMT dari donor yang mengembangkan infeksi serius. Satu pasien meninggal karena infeksi resisten antibiotik.

Tinja dari pendonor belum diuji terkait bakteri yang resistan terhadap obat, yang disebut extended-spectrum beta-lactamase (ESBL). Bakteri ini memproduksi E. coli sebelum ditransplantasikan, dilansir dari NBC News, Jumat (14/6/2019).

Sampel donor tinja pun tidak diuji sebelum digunakan. Apalagi pasien terkena infeksi resistensi antibiotik. Pasien berisiko kehilangan nyawa.

Transplantasi tinja merupakan prosedur memanfaatkan tinja orang sehat untuk memindahkan bakteri baik ke usus orang yang terinfeksi.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Uji Coba Sampel Tinja

Untuk menghindari pasien transplantasi tinja meninggal, FDA sekarang mewajibkan semua sampel tinja yang digunakan transplantasi harus melalui mikroorganisme. Apakah mikroorganisme resistan terhadap obat antiobiotik atau lainnya.

Seluruh pendonor tinja juga perlu diskrining untuk kemungkinan terkena infeksi resistan terhadap obat.

"Resistensi antibiotik adalah salah satu tantangan kesehatan masyarakat terbesar di zaman kita," tulis Centers for Disease Control and Prevention.

Transplantasi tinja berupa mentransplantasikan versi tinja yang sudah diproses ke pasien. Pengumpulan bakteri yang ditemukan dalam tinja sehat, yang disebut mikrobiota mampu memulihkan kembali bakteri baik di usus besar pasien. Pada dasarnya memusnahkan bakteri menular.

CDC memperkirakan, setidaknya 2 juta orang Amerika mengembangkan infeksi bakteri resistan terhadap antibiotik setiap tahun. Sekitar 23.000 orang meninggal.