Liputan6.com, Jakarta Abul Bajander, 'manusia pohon' dari Bangladesh mengatakan, bahwa dia lebih memilih tangannya diamputasi daripada terus menerus membiarkan kulitnya yang seperti kayu bertumbuh.
Pria 28 tahun itu mengatakan bahwa sejak 2016, dia sudah melakukan operasi terus menerus. Prosedur tersebut berfungsi untuk mengangkat kutil di tangan Abul karena kondisi langka.
Baca Juga
Namun, mengutip The Independent pada Kamis (27/6/2019), pertumbuhan kutil yang mirip kayu itu terus menjadi lebih besar dan menyebar. Sekalipun Abul sudah melakukan 25 operasi.
Advertisement
"Saya tidak tahan lagi sakitnya, saya tidak bisa tidur di malam hari," ujarnya pada AFP.
"Saya meminta para dokter untuk memotong tangan saya, sehingga setidaknya, saya bisa lega," kata penderita epidermodysplasia verruciformis atau sindrom manusia pohon ini memohon.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Didukung Sang Ibu
Sang ibu, Amina Bibi juga mendukung permintaan putranya tersebut. Dia ingin agar Abul terbebas dari rasa sakit.
"Ini adalah kondisi yang sangat buruk," kata Amina seperti dikutip dari Khaleej Times.
Abul mengakui sesungguhnya, dia ingin merawat kondisinya di luar negeri. Sayangnya, kesulitan ekonomi membuat keinginan tersebut tidak bisa dipenuhi.
Advertisement
Dokter Bahas Kondisi Abul
Samanta Lal Sen, Kepala Ahli Bedah Plastik Dhaka Medical College Hospital mengatakan, para dokter akan membahas kondisi Abul pada pekan ini. Termasuk, mengenai permintaan pria satu anak itu untuk amputasi.
"Dia memberikan pendapat pribadinya. Namun kami akan melakukan apa pun yang merupakan solusi terbaik untuknya," kata Sen.
Selain itu, Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina menjanjikan akan memberi perawatan gratis bagi Abul setelah kasus ini menjadi pemberitaan nasional dan internasional.
Sindrom 'manusia pohon' atau 'manusia akar' sendiri bukanlah satu-satunya di Bangladesh. Tahun 2017, kasus serupa juga dialami seorang perempuan berusia 10 tahun di negara itu. Sayangnya, pembedahan yang sudah dilakukan gagal dan keluarganya berhenti melakukan perawatan.
Di Indonesia, sindrom ini juga dialami oleh Dede Koswara dan mendapatkan sorotan mancanegara. Dokter di Amerika Serikat berhasil mengangkat 6 kilogram kutil. Namun, dia meninggal di usia 42 setelah menderita komplikasi tahun 2008.