Liputan6.com, Jakarta Ketika wanita sedang hamil besar, banyak yang menjadi ketakutan pasangan seperti kontraksi yang lebih cepat atau bahkan air ketuban yang pecah.
Umumnya, air ketuban pecah dapat terjadi ketika wanita jatuh atau cedera fisik lainnnya.
Baca Juga
Dr. Ardiansjah Dara, dokter spesialis kebidanan dan persalinan mengatakan bahwa air ketuban juga bisa pecah ketika ada infeksi bakteri. Bakteri bisa berkembang ketika pakaian dalam ibu hamil tidak diganti secara rutin.
Advertisement
Ibu dengan usia kehamilan 5 bulan lebih akan mulai sering mengalami keputihan. Dari keputihan itu dapat menimbulkan bakteri apabila pakaian tidak diganti secara rutin.
"Makanya saya sarankan untuk menggunakan celana dalam bahan katun soalnya bahannya tebal, diganti 3-4 kali sehari," kata Ardiansjah.
Ardiansjah juga tidak menyarankan penggunaan celana ketat seperti jeans karena dapat membantu perkembangan bakteri anaerob.
Semakin ketat dan tidak ada udara yang masuk, maka semakin cepat bakteri berkembang. Bakteri dapat naik ke dalam vagina dan menyebar dan dapat menyebabkan air ketuban pecah.
Penggunaan pantyliner juga tidak disarankan dokter, lebih baik mengganti celana dalam secara rutin dan membersihkan vagina dengan air bersih.
Alasan Air Ketuban Bocor
Dilansir dari sits ABC Law Centers pada Sabtu, 29 Juni 2019, pecah ketuban yang dini adalah suatu komplikasi dimana kantong ketuban pecah sebelum bayi pada posisi tepat untuk kelahiran. PROM dapat menyebabkan infeksi, prolaps tali pusat, anak lahir prematur, dan masalah lainnya.
Komplikasi yang berhubungan dengan cairan ketuban bisa sangat berbahaya. Dapat menyebabkan cedera kelahiran serius, penyakit, dan cacat seumur hidup seperti:
1. Cerebral Palsy (CP)
Gangguan motorik yang disebabkan oleh kerusakan atau kelainan pada bagian otak. Menyebabkan kondisi kelainan sendi dan tulang serta gerakan tidak biasa atau tidak disengaja.
2. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
RDS adalah kondisi kesehatan bayi baru lahir yang ditandai dengan kesulitan bernapas. Terjadi ketika tubuh bayi tidak memproduksi cukup zat pelicin paru. Paling sering terjadi pada bayi prematur.
3. Hydrocephalus
Hydrocephalus ditandai dengan cairan yang berlebihan di otak. Bayi baru lahir akan mengalami pembengkakan kepala. Sangat penting untuk dokter segera mendiagnosis dan merawat bayi dengan hidrosefalus untuk menhindari kerusakan otak permanen dan komplikasi jangka panjang.
4. Developmental Delays
Keterlambatan perkembangan terjadi ketika anak tidak mencapai tonggak perkembangan sesuai waktunya. Mulai dari fungsi fisik, kemampuan intelektual, komunikasi, dan perilaku.
Penulis: Febrianingsih Alamako
Advertisement