Â
Liputan6.com, Jakarta - Masih banyak yang salah kaprah dalam menilai pelumas yang akan digunakan saat berhubungan seks. Tidak sedikit malah yang lebih memilih 'pelumas alami' seperti air liur ketimbang membeli yang sudah jadi di toko.
Baca Juga
Berbeda dengan di Indonesia, di Amerika, pelumas vagina sangat umum digunakan bersama pasangan. Tidak sulit memang mendapatkan pelumas vagina di pasaran. Namun, amankah semuanya?
Advertisement
Ada dua hal utama yang harus diperhatikan untuk keamanan dari pelumas, pertama osmolalitas dan pengaruhnya terhadap pH vagina.
Idealnya, pelumas yang baik memiliki osmolalitas 380 mOsm/kg. Hal ini bertujuan supaya dengan osmolalitas maksimal tersebut tidak terjadi kerusakan epitel vagina.
Setidaknya, osmolalitas pelumas yang digunakan tidak boleh melebihi 1200 mOsm/kg. Namun sayang, sebagian besar pelumas yang dijual di pasaran memiliki osmolalitas di atas angka ini.
Â
Komponen Utama di Dalam Pelumas
Â
Komponen utama yang menyebabkan osmolalitas pelumas ini tinggi adalah adanya konsentrasi dari glycol. Glycol digunakan sebagai pelembap. Produk turunan dari glycol ini misalnya glycerol dan propylene. Supaya osmolalitas dari pelumas di bawah 1200 mOsm/kg maka konsentrasi glycerol tidak melebihi 9,9 persen dan konsentrasi propylene glycol tidak melebihi 8,3 persen.
Selain itu, hindari pelumas yang mengandung polyquaternium. Kandungan zat ini dapat meningkatkan risiko penularan penyakit seksual, bila memang terdapat infeksi menular seksual pada pasangan.
Selain itu, dalam pemakaian pelumas, perhatikan juga pH vagina yang sehat, yakni berkisar 3,8-4,5. Peningkatan pH dapat meningkatkan risiko infeksi keputihan akibat bakteri. Karena itu, idealnya pelumas vagina yang baik digunakan memiliki pH sekitar 4,5.
Pelumas dengan pH demikian biasanya terdapat pada pelumas yang berbahan dasar air (water based lubricants). Lalu bagaimana keamanan pelumas lain yang bukan formula komersial?
Penulis : dr. Melyarna Putri / Klik DokterÂ
Advertisement