Sukses

Pakar Anggap Pertumbuhan Tanduk di Kepala Akibat Penggunaan Ponsel Tidak Masuk Akal

Beberapa pakar ahli mengkritik hipotesis yang menyatakan bahwa penggunaan ponsel bisa menumbuhkan 'tanduk' di belakang tengkorak manusia

 

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi yang dimuat di Scientific Reports pada 2018 menyatakan bahwa penggunaan ponsel menyebabkan perubahan pada tengkorak manusia, dengan bertumbuhnya 'tanduk' di belakang kepalanya. Namun, temuan ini dibantah oleh beberapa ahli.

Dikutip Gizmodo pada Jumat (5/7/2019), penelitian tersebut dilakukan oleh David Shahar dan Mark Sayers dari University of the Sunshine Coast, Australia.

Baca juga : Penggunaan Ponsel Berlebihan Sebabkan Bentuk Tengkorak Manusia Berubah

"Kami berhipotesis EEOP (enlarged external occipital protuberance/pembesaran tonjolan oksipital eksternal), dapat dihubungkan dengan postur menyimpang yang berkelanjutan terkait dengan kemunculan dan penggunaan luas teknologi genggam kontemporer seperti ponsel pintar dan tablet," kata mereka.

Meski begitu, ini adalah sebuah hipotesis yang belum dibuktikan. Kepada CNN, Sayers juga mengatakan bahwa itu bukanlah tanduk. Istilah tersebut hanya digunakan oleh media. Dia menambahkan, penggunaan istilah tanduk untuk dampak dari bermain ponsel bisa diganti dengan yang lainnya.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Dinilai Tidak Masuk Akal

Di sisi lain, beberapa pakar mengkritik temuan tersebut, khususnya mengenai pertumbuhan bagian belakang tengkorak yang banyak diibaratkan seperti tanduk. John Hawks, profesor dari Departemen Antropologi, University of Wisconsin-Madison mengungkapkan kelemahan penelitian ini.

"Kita tidak memiliki data yang menghubungkan penggunaan ponsel dengan EEOP," kata Hawks.

Selain itu, Dr. Mariana Kersh dari Department of Mechanical Science and Engineering di University of Illinois mengatakan bahwa tidak ada informasi tentang durasi atau frekuensi penggunaan perangkat dalam penelitian tersebut.

"Hipotesis mengenai peran penggunaan perangkat genggam hanya spekulatif dan tidak didasarkan pada data yang disajikan dalam penelitian ini.

Mengutip Medical Daily, David Langer, ketua bedah saraf dari Lenox Hill Hospital di New York juga mempertanyakan hasil temuan tersebut. Dia mengatakan, orang-orang yang menghabiskan banyak waktu dengan menunduk, lebih rentan dengan leher bengkok akibat masalah cakram, bukan perubahan tengkorak.

"Tidak masuk akal bagi saya," katanya pada The New York Times.

"Anda lebih mungkin terkena penyakit cakram degeneratif atau leher tidak sejajar daripada tulang yang tumbuh dari tengkorak. Saya belum pernah melihat ini," tambahnya.