Sukses

Mengenang Sutopo, Humas BNPB yang Gigih Sebarkan Informasi Bencana Saat Sakit

Bahkan, Sutopo masih sempat menyebarkan rilis informasi bencana sesaat di depan ruangan untuk mendapatkan perawatan kanker.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho telah berpulang ke rahmat Tuhan pada 7 Juli 2019 karena kanker paru. Namun, kegigihan dan dedikasi Sutopo sebagai pemberi informasi tentang kebencanaan ke masyarakat tak akan dilupakan.

Saat masih berjuang menghadapi kanker paru stadium IVB, Sutopo tetap aktif bekerja. Bahkan, ia masih sempat membuat rilis berita sesaat sebelum menjlani pengobatan kanker.

Saat itu, di Februari 2018, Sutopo sudah berada di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta untuk terapi Trans Arterial Chemo Infusion (TACI). Terapi ini mirip Digital Subtraction Angiography (DSA) dengan memasukkan sejenis kateter ke dalam tubuh yang bertujuan mengetahui lokasi jaringan kanker. Setelah ditemukan, obat kemoterapi akan disemprotkan di bagian tersebut dengan harapan sel kanker berhenti tumbuh.

Saat itu Sutopo sudah siap di depan ruangan untuk TACI, namun ponselnya berdering. Salah seorang stafnya mengatakan ada longsor di Brebes, Jawa Tengah yang memakan tidak sedikit korban.

"Pas mau TACI, ada telepon masuk ternyata ada longsor di Brebes. Lalu, saya langsung telepon Pak Camat di lokasi tersebut. Tanya ada berapa yang meninggal dan prediksi beapa yang ada di diduga tertimbun longsoran," kata Sutopo kepada Health-Liputan6.com yang saat itu bertemu dengannya di ruangan kantornya di Agustus 2018.

"Sudah dapat data, ya sudah saya buat rilis, ngetik dari handphone langsung kirim rilis tersebut beserta foto-fotonya. Baru, saya masuk ruangan untuk TACI," cerita Sutopo.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut

2 dari 2 halaman

Saat Krisis, Informasi Begitu Dibutuhkan

Bagi pria asal Boyolali, Jawa Tengah ini, di tengah suatu kejadian krisis informasi yang tepat itu diperlukan. Itu sebabnya dia terus gigih menyebarkan informasi kebencanaan walaupun di tengah sakit.

"Pertahanan terbaik adalah menyerang. Nah, apalagi dalam kondisi krisis, biasanya komuniakasi mengalami gangguan, tapi orang ingin mendapatkan informasi kan. Sebelum wartawan bertanya, saya serang dengan informasi-informasi rilis tadi," katanya.

Â