Liputan6.com, Jakarta - Beberapa tokoh seperti mantan ibu negara Ani Yudhoyono serta Kepala Humas BNPB Sutopo meninggal setelah melakukan pengobatan kanker di luar negeri.
Baca Juga
Tren perawatan kanker di luar negeri bagi masyarakat Indonesia adalah hal yang biasa. Di sisi lain, masyarakat jadi menganggap bahwa ada yang kurang dengan fasilitas kanker di Indonesia.
Advertisement
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan pada awak media bahwa sebenarnya, Indonesia sudah memiliki pusat kanker-nya sendiri yaitu Rumah Sakit Kanker Dharmais. Selain itu, dia mengungkapkan sudah banyak fasilitas kesehatan lain yang memiliki layanan serupa.
"Kita sudah punya Rumah Sakit Kanker Dharmais yang untuk rujukan. Di setiap rumah sakit sebenarnya, kalau sudah ada onkologisnya, dokternya, kita sudah bisa menangani. Jadi di Indonesia juga bisa ditangani," kata Nila di Cikarang, Jawa Barat, ditulis Rabu (10/7/2019).
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Diagnosis Terlambat Punya Peran
Meski begitu, Nila juga mengungkapkan kenapa banyak pasien yang memilih berobat ke luar negeri. Terlambatnya diagnosis menjadi salah satu alasannya.
"Saya akui kalau menderita kanker selalu ditanya stadium berapa. Minta maaf, seperti pak Sutopo disebut kanker paru stadium 4B. Paru itu banyak pembuluh darah dan menyebar luar biasa cepat. Tapi kalau tumornya di daerah yang tidak ada pembuluh darah, dia agak lama," Nila memaparkan.
Karena itu, vonis kanker sangat tergantung dengan stadium. Nila mengatakan, seharusnya pasien bisa didiagnosis sebelum memasuki stadium lanjut.
"Kita harapkan malah bukan satu. Sebelum menjadi lesi kanker," tambahnya.
Di sini, masyarakat punya peran secara mandiri untuk melakukan skrining atau pemeriksaan. Nila memberi contoh kanker serviks yang bisa dideteksi dini lewat tes IVA yang dilakukan beberapa tahun sekali.
Advertisement