Sukses

Kisah Tenaga Kesehatan Hidupkan Denyut Puskesmas di Pelosok Negeri

Tak mudah bagi tenaga kesehatan, khususnya Tim Nusantara Sehat mengabdi di puskesmas di daerah terpencil.

Liputan6.com, Jakarta Baru saja menjejakkan kaki di Puskesmas Waifoi, Raja Ampat, Papua Barat, Aspari Arnando bersama rekan-rekan sesama tenaga kesehatan terjun ke lapangan. Mereka melakukan pemeriksaan gizi juga promosi kesehatan. Ya, hari itu juga pada tahun 2016 silam adalah hari pertama Aspari dan tim yang tergabung dalam Nusantara Sehat Batch V bertugas.

“Saya (dan tim) melakukan pengobatan keliling (ke masyarakat), mengukur status gizi, pos lansia, pemeriksaan golongan darah, kesehatan lingkungan, dan promosi kesehatan dijalankan hari itu juga. Itu berjalan baik,” tutur Apsari yang berprofesi dokter umum dalam sebuah tayangan video berjudul Pemulangan dan Keluh Kesah Tim Nusantara Sehat Batch 5. Video tersebut diunggah Kementerian Kesehatan pada 29 November 2018.

Walaupun berjalan dengan baik, Aspari dan tim tenaga kesehatan harus menghadapi kesulitan lain, yakni penerimaan masyarakat Tatkala Aspari dan tim yang beranggotakan tujuh orang tiba, mereka terasa diperlakukan layaknya orang asing yang datang dari luar pulau (Raja Ampat).

“Setelah kami tanyai, rupanya masyarakat di sana baru pertama kali menerima orang luar yaitu kami bertujuh. Jadi, kami terasa seperti eksklusif bagi mereka (masyarakat). Pertama-tama, mereka enggan berkomunikasi,” lanjut Aspari. Tapi ya lama-lama kami bisa membangun komunikasi dengan baik. Hal kecil buat membangun komunikasi ya kita berpenampilan seperti mereka. Contohnya, saya ini tidak potong rambut. Nah, baru mereka mau (diajak ngobrol).”

Aspari juga mengungkapkan, Puskesmas Waifoi, lokasi penempatannya bertugas selama dua tahun selanjutnya (2016-2018), mati tanpa dokter dan tenaga kesehatan lain. Bangunan puskesmas ada, tapi sebelum kedatangan Aspari dan tim, tidak ada tenaga kesehatan. ‘Kalau tidak kami (Nusantara Sehat), ya mati puskesmas (tidak ada tenaga kesehatan),’ Aspari menambahkan.

Apa yang diceritakan Aspari menjadi gambaran memilukan fasilitas kesehatan di daerah terpencil. Terkadang puskesmas sudah berdiri, tapi tidak ada tenaga kesehatan. Tak heran, kehadiran tenaga kesehatan, khususnya Tim Nusantara Sehat membawa angin segar untuk melayani kesehatan masyarakat di daerah pelosok.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

2 dari 6 halaman

Bukan Sekadar Melayani Kesehatan

Kita mungkin membayangkan, yang namanya tenaga kesehatan hanya melayani kesehatan saja. Namun, tidak demikian dengan tenaga kesehatan dari Tim Nusantara Sehat. Mereka yang ditempatkan di lokasi terpencil, sangat terpencil, bahkan terisolir memikul tanggung jawab besar. 

“Dalam menjalankan perannya, tenaga kesehatan bukan hanya memberikan pelayanan kesehatan, melainkan bagaimana memberikan kemampuan cara hidup sehat serta menyampaikan pemahaman soal upaya pencegahan penyakit, promotif, dan rehabilitatif kepada masyarakat,” kata Kepala Perencanaan dan Pendayagunaan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu dalam Live Streaming Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan, yang disiarkan melalui Radio Elshinta pada Jumat (19/7/2019).

Salah satu terobosan kesehatan Tim Nusantara Sehat juga dilakukan bidan Kristin Nehemia Br Bukit yang ditempatkan di Puskesmas Towulu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah menggencarkan program sidakiku (sidaki keluarga kecilku). Puskesmas Towulu bisa dibilang sangat terisolir.

“Program sidaki keluarga kecilku ini dari kelanjutan penataan keluarga sehat. Kami menemukan masalah program PKK kader kesehatan yang bertanggung jawab masyarakat peduli kesehatan. Setelah menjalankan program itu, kami bersyukur tahun 2018, angka kematian bayi baru lahir turun 80 persen,” ucap Kristin.

Promosi kesehatan terhadap masyarakat turut diupayakan apoteker Hani Handayani, yang bertugas di Puskesmas Pagar Dewa, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung. Hani tak kenal lelah menyampaikan cara penggunaan antibiotik kepada masyarakat di sana. Sebelum kedatangan Hani, masyarakat bebas minum antibiotik.

“Padahal, kan itu bisa menimbulkan resistensi antibitoik. Jadi, kalau masyarakat berobat, misalnya, sakit flu, batuk pilek gitu, mereka (malah) minta amoksilin (jenis antibiotik). Bahkan mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter,” papar Hani. “Tentunya, hal itu tidak sesuai indikasi cara penggunaan obat yang tepat. Saya sosialisasikan, antibiotik itu tidak dikonsumsi sembarangan, harus ada resep dokter dan dihabiskan. Kalau hanya batuk pilek dua hari ya enggak perlu antibiotik.”

3 dari 6 halaman

Ujung Tombak Cegah Penyebaran Penyakit

Tenaga kesehatan, khususnya Nusantara Sehat yang digencarkan Kementerian Kesehatan menjadi bagian penting terwujudnya pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan seperti puskesmas yang dibangun dan adanya tenaga kesehatan mampu mencapai daerah terpencil, bahkan sangat terpencil.

Maxi melanjutkan, tanpa adanya tenaga kesehatan, puskesmas tidak berfungsi dan berjalan dengan baik. Tenaga kesehatan merupakan wujud utama peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Pernyataan tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 16 Tahun 2017 tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat.

Pasal 2 berbunyi, Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan dalam Mendukung Program Nusantara Sehat bertujuan untuk:

a. Memberikan pelayanan kesehatan untuk menjangkau remotearea;

b. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan;

c. Menangani masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerah;

d. Meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang bertugas;

e. Memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan;

f. Menggerakkan pemberdayaan masyarakat;

g. Mewujudkan pelayanan kesehatan terintegrasi;

h. Meningkatkan dan melakukan pemerataan pelayanan kesehatan.

Upaya pelayanan kesehatan yang dipikul tenaga kesehatan ibarat ujung tombak. Mereka pun punya andil menghidupkan puskesmas dan mencegah penyebaran menular. Menyoal penyakit menular, Hani yang ditempatkan di daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat harus menghadapi kusta.

Pada tahun 2017, ada penemuan penyakit kusta. Untuk mencegah penyebaran penyakit, Hani membentuk KPK.

“Bukan Komisi Pemberantasan Korupsi ya, tapi Kader Pemantau Kusta. KPK dibentuk atas swadaya PKK. Tenaga PKK ini kami latih untuk memantau perkembangan pasien. Waktu itu, ada empat pasien, yang mana tiga pasien selesai pengobatan dan satu masih perawatan. Pantauan ini supaya pasien tidak drop out (berhenti) minum obat,” tambah Hani sambil tersenyum.
4 dari 6 halaman

Jalin Kedekatan dengan Masyarakat

Maxi menyampaikan, walaupun terdapat berbagai kendala dan minat terkait lokasi penempatan yang terisolir, perkembangan Nusantara Sehat dinilai sangat baik dan memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di daerah. Kehadiran tenaga kesehatan juga sangat dibutuhkan pasien.

Seiring waktu berjalan, berkat upaya komunikasi dengan masyarakat dan inovasi yang dilakukan, para tenaga kesehatan Nusantara Sehat juga mendapat apresiasi di lingkungan setempat. Tim Nusantara Sehat yang terdiri atas minimal satu tim lima orang. Kelima tenaga kesehatan ini memberikan perubahan besar di puskesmas terpencil. Pelayanan puskesmas kembali berjalan.

“Di akhir penugasan, kami mengadakan evaluasi dengan seluruh kepala desa. Masyarakat bahkan sampai nangis darah (menangis sedih). Mereka sedih, ‘Kenapa bidan meninggalkan kami?’ Kami harap Nusantara sehat dilanjutkan (di sana) karena tidak ada tenaga kesehatan di ujung sana,” ujar Kristin. “Pada awalnya, masyarakat tidak mengenal obat. Jadi, pas kami sampai ke sana, mereka bingung, ‘Ngapain ada bidan.’ Ya, sangat awam. Untuk wilayah di sana baru kali ini ada tenaga kesehatan. Kami team work juga saling mendukung.”

Kemajuan masyarakat juga terlihat dari upaya Hani yang mensosialisasikan tanaman obat keluarga (toga). Ia melatih dan berbagi ilmu kepada para ibu tentang memanfaatkan toga. Apalagi tanaman obat tubuh baik di Lampung karena tanahnya gembur dan subur.

 “Saya coba memperkenalkan toga dan sharing (berbagi) tanaman sederhana yang bisa ditanam di rumah. Sekarang di rumah-rumah, masyarakat banyak menanam jahe, kunyit dan lainnya. Di Lampung, tanahnya sangat subur. Apapun tanaman yang ditanam pasti akan tumbuh,” tambah Hani. “Tidak hanya memperkenalkan tanaman obat, saya juga mengedukasi masyarakat bila tanaman obat bisa makin bermutu dengan dibuat jamu.”

Kedekatan Hani dengan masyarakat juga semakin intensif. Ia mengajak para ibu senam maumere setiap hari Jumat. Cara cerdik ini membuat Hani jadi lebih dekat sama ibu-ibu. Target Hani memang menyasar kepada ibu-ibu. Karena wanita adalah penopang keluarga, menurut Hani, ibu punya andil mengedukasi keluarga. Kita harus membuat ibu pintar.
5 dari 6 halaman

Penghargaan Usai Tunaikan Tugas

Lika liku upaya yang dialami Aspari, Hani, dan Kristin serta tim tenaga kesehatan Nusantara Sehat demi wujudkan kesehatan di pelosok negeri juga berbuah manis. Setelah menunaikan tugas penempatan selama dua tahun, tenaga kesehatan diberikan penghargaan (rewards) oleh Kementerian Kesehatan.

“Kami sudah menyiapkan rewards pasca Nusantara Sehat yang diikuti tenaga kesehatan selesai. Rewards berupa tenaga kesehatan dapat melanjutkan studi dengan bantuan biaya pendidikan dari Kementerian Kesehatan, seperti dokter umum bisa melanjutkan program dokter spesialis,” tegas Maxi. “Mereka dapat dibantu melalui beasiswa. Pun begitu dengan sarjana lain, misalnya, perawat, tenaga kesehatan masyarakat maupun lingkungan. Mereka bisa meneruskan ke jenjang S2.”

Bagi mereka yang belum masuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) bisa melanjutkan jenjang tersebut. Tenaga kesehatan yang sudah meraih CPNS juga mendapat poin dapat nilai (poin) tambahan 20 persen. Namun, rata-rata tenaga kesehatan yang mendaftar ikut program Nusantara Sehat sudah lolos menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Artinya, banyak yang sudah lolos CPNS.

Adapun rewards lain untuk tenaga kesehatan, yakni terbuka kesempatan bekerja di luar negeri yang insentif digaji pun dari luar negeri. Mereka juga memeroleh fasilitas tes dan belajar bahasa. Misal, bagi tenaga kesehatan yang ingin ke Jepang difasilitasi belajar bahasa Jepang. Bila ingin bekerja ke Belanda juga difasilitasi belajar bahasa Belanda.

6 dari 6 halaman

Jiwa Pengabdian Tinggi

Keberhasilan menunaikan tugas di daerah terpencil merupakan hasil kerja keras para tenaga kesehatan Tim Nusantara Sehat. Sebelum diterjunkan ke daerah pelosok, mereka harus menjalani serangkaian pelatihan. Pola perekrutan Nusantara Sehat dilengkapi pembekalan.

Pembekalan berupa pelatihan ada dua jenis, yaitu berbasis tim dengan lama waktu 35 hari. Artinya, selama lima minggu, tenaga kesehatan ditempa bela negara dan siap mental. Pelatihan dilakukan di Pusat Pendidikan Kesehatan (Pusdikkes) Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Ciloto, Jawa Barat. Di sana, tenaga kesehatan dibekali berbagai program kesehatan masyarakat, baik kesehatan ibu dan anak, penyakit menular maupun tidak menular.

“Adanya pembekalan ini agar mereka siap ditempatkan di lokasi. Mereka juga dilatih kerjasama tim. Dilatih bagaimana membangun tim untuk melakukan invoasi di puskesmas terpencil. Pembekalan juga ditujukan secara individu, yang mengisi dan melengkapi fasilitas kesehatan. Mereka dilatih singkat selama 10 hari. Sama dengan pelatihan berbasis tim, tenaga kesehatan individu tetap dibekali bela negara,” jelas Maxi.

Raut wajah lega dan bahagia pun terpancar dari tenaga kesehatan Tim Nusantara Sehat Batch V dalam tayangan video yang diunggah Kementerian Kesehatan. Inovasi kesehatan membuat masyarakat sadar akan perilaku hidup sehat. Masyarakat juga jadi lebih peduli soal kesehatan antar sesama. Tak ketinggalan, dedikasi tenaga kesehatan menjadi pengalaman berharga.

“Bagi kami, tenaga medis, tantanagn terberat adalah kami harus meninggalkan kenyamanan. Begitu kami di tempatkan (di puskesmas terpencil) ya harus menurunkan egoisme kami,” tutur Aspari sesaat mengakhiri curahan hatinya.

Jiwa pengabdian tinggi adalah kunci utama yang harus dimiliki tenaga kesehatan sebelum berangkat ke daerah pelosok. Salah satu kendala dalam distribusi tenaga kesehatan—Nusantara Sehat—di Tanah Air Negara kita kan luas ya dengan pulau dan kepulauan. Ada daerah yang secara geografis sulit dijangkau. Kondisi ini memengaruhi minat tenaga kesehatan untuk datang melayani dan ditempatkan di lokasi tersebut.

“Tidak semua (tenaga kesehatan) ingin berminat (di tempatkan) ke sana. Mereka harus punya jiwa pengabdian tinggi,” ucap Maxi.