Sukses

2 Penyebab Tumbuh Kembang Anak Down Syndrome di Indonesia Kurang Maksimal

KPAI menemukan setidaknya ada dua faktor penyebab tumbuh kembang yang tidak maksimal pada anak down syndrome.

Liputan6.com, Jakarta - Kemandirian anak sindrom down (down syndrome) sangat ditentukan oleh pengasuhan orangtua dan keluarga. Sayang, masih banyak orangtua yang membiarkan mereka tumbuh ala kadarnya. Hal ini diungkapkan oleh Susianah Affandy, Komisioner bidang Sosial dan Anak dalam Situasi Darurat Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Dia mengatakan, KPAI menemukan setidaknya ada dua faktor penyebab tumbuh kembang yang tidak maksimal pada anak down syndrome.

Pertama, tidak adanya pengetahuan dan pemenuhan hak-hak anak disabilitas pada orangtua.

"Faktor inilah yang menyebabkan anak-anak down syndrome sampai dewasa tidak memiliki kemandirian mulai dari merawat dirinya seperti mandi, makan, ganti baju dan lain sebagainya, sampai menjalankan fungsi sosialnya," kata Susianah dalam pernyataan resminya pada Health Liputan6.com pada Selasa (23/7/2019).

Selain itu, masalah lain yang menjadi perhatian adalah kemiskinan. Seringkali, hal tersebut membuat proses tumbuh kembang anak sindrom down terhambat.

"Anak down syndrome membutuhkan sarana dan prasana dalam proses tumbuh kembang dan pemenuhan haknya, " tambahnya.

Dia menambahkan, di pedesaan, kehadiran anak sindrom down masih dianggap oleh sebagian besar masyarakat kerap sebagai aib atau kutukan. Sehingga, masih ditemukan kasus penyekapan atau pemasungan anak berkebutuhan khusus.

 

Saksikan juga video menarik berikut

2 dari 2 halaman

Pendidikan untuk Anak Down Syndrome

Pemerintah diminta punya peran dalam menangani masalah sosial yang banyak menimpa anak dengan sindrom down. Salah satu yang terpenting adalah di bidang pendidikan.

KPAI meminta pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana bagi pendidikan sindrom down. Selama ini, sistem yang ada pada pendidikan inklusi bagi anak sindrom down terlihat dipaksakan.

"Harusnya sistem pendidikan yang menyesuaikan diri dengan kondisi anak-anak down syndrome, " kata Susianah.

Dia menambahkan, pendidikan inklusi bagi anak sindrom down juga harus didukung oleh ketersediaan tenaga pendidikan yang ramah anak dan memiliki keahlian dalam proses pembelajaran khusus anak down syndrome.

Terhadap mereka yang mengenyam pendidikan sampai jenjang SMU, pemerintah diminta menyediakan akses ketrampilan dengan tujuan anak-anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang.

"Saat ini banyak anak down syndrome yang mengembangkan ketrampilan seperti tata boga, tata busana dan home industry namun hanya terbatas di kota besar, belum menyebar ke seluruh nusantara."