Sukses

Rafi Ahmad Siap Hidup Tanpa Ponsel Selama Diklat Paskibraka Nasional 2019

Calon Paskibraka tingkat nasional 2019 dari provinsi Banten, Rafi Ahmad Fala, sudah terbiasa hidup tanpa ponsel atau handphone di kehidupan sehari-hari

 

Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada barang spesial yang secara khusus bakal dibawa Rafi Ahmad Falah, 16 tahun, selama pendidikan dan pelatihan pasukan pengibar bendera pusaka (Diklat Paskibraka).

Calon Paskibraka Nasional 2019 perwakilan Banten ini mengatakan bahwa dirinya hanya akan membawa sejumlah barang yang memang dibutuhkan selama diklat.

“Barang yang aku bawa antara lain baju buat latihan, kemeja, alat mandi,” kata Rafi kepada Diary Paskibraka Liputan6.com pada Rabu, 24 Juli 2019 malam.

Bagi Rafi, tidak ada satu pun barang di rumahnya yang membuatnya jadi adiksi. Bahkan, kalau memang harus meninggalkan ponsel di rumah akan dia lakukan.

“Aku malah pernah berada di titik yang bosan banget main handphone,” ujar calon Paskibraka Nasional 2019 yang beberapa kali memenangkan kejuaraan pidato di sejumlah tingkatan.

 

Simak Video Menarik Terkait Paskibraka Nasional

2 dari 3 halaman

Sosialisasi Modal Utama Seorang Paskibraka Nasional 2019

 

Hal ini lantaran Rafi lebih senang melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang. “Aku kalau dikasih pilihan, lebih baik main ke luar ketimbang ponsel,” katanya.

Menurut siswa SMA IT RJ kelas XI IPA 3 ini, hobi atau kebiasaan berinteraksi dengan orang lain penting dimiliki seluruh calon anggota Paskibraka.

Dengan adanya interaksi, kata Rafi, manusia bisa memiliki hubungan dengan sesama manusia. Dengan adanya hubungan, membuat manusia itu bisa bekerjasama dalam segala hal.

“Apalagi dalam menyelesaikan masalah, tentunya kita butuh manusia lain untuk membantu mencari ide solusi untuk masalah tersebut,” katanya.

 

3 dari 3 halaman

Anggota Paskibraka Nasional 2019 Harus Kompak

 

Setiap calon anggota Paskibraka Nasional 2019, lanjut dia, harus rajin berinteraksi, berkomunikasi, dan berhubungan. Sebab, menjadi seorang pengibar bendera pusaka yang dinilai tidak lagi perorangan, tapi satu kelompok utuh.

Satu saja anggota melakukan kesalahan, yang merasakan dampaknya adalah satu angkatan.

Sikap seperti ini Rafi peroleh dari kedua orangtuanya. Dia mengatakan bahwa orangtua sudah mendisplinkannya sejak kecil, terutama sang bunda.

“Mama itu cuma bilang seperti ini ‘Terserah kakak mau melakukan apa saja. Kalau kakak memilih jalan yang baik, kakak yang akan dapat dampaknya. Dan kalau memang kakak memilih jalan yangn salah, kakak juga harus tanggung jawab sama dampaknya’,” kata Rafi.

Pesan itu yang selalu dia ingat. Saat di asrama Diklat Paskibraka 2019 nanti Rafi akan berlatih sungguh-sungguh biar bisa mengharumkan nama Banten kembali.