Sukses

3 Topik yang Jarang Dibahas Saat Beri Pendidikan Seks pada Remaja

Tiga topik ini mampu melindungi remaja dari risiko kesehatan di masa mendatang sayangnya jarang dibicarakan.

Liputan6.com, Jakarta Saat ini pendidikan seks di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak tapi masih ada beberapa topik yang tidak dibahas ketika memberikan itu pada remaja.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Reckitt Benckiser lewat mereka alat kontrasepsi Durex, setidaknya ada tiga topik pendidikan seks yang kurang dibahas oleh orangtua pada anaknya. Padahal, jika para remaja tidak mendapatkannnya, mereka menghadapi risiko kesehatan yang lebih besar di masa depan.

Topik pertama adalah pengetahuan mengenai kehamilan dan pernikahan di bawah 20 tahun, rentan berbagai risiko kesehatan. Hanya 38 persen dari 500 responden remaja yang mengatakan mereka telah mendapatkan edukasi semacam ini.

"Padahal, dalam penelitian ini, banyak yang sudah melakukan aktivitas seksual di usia 18 sampai 20 tahun. Mereka tidak pernah membicarakan atau diskusi tentang topik yang penting ini," kata dokter Helena Rahayu Wonoadi dalam pemaparannya di Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Jumat (26/7/2019).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Edukasi Soal Organ Reproduksi

Topik kedua adalah mengenai penjelasan rinci soal anatomi tubuh manusia dan organ reproduksinya. Hanya 29 persen yang mengaku mendapatkannya.

"Seolah-olah tema itu tabu atau tidak perlu. Sayang sekali," kata Helena menambahkan.

Sementara, Helena mengatakan hanya 24 persen yang mendapatkan edukasi soal hubungan seksual yang sehat meliputi penggunaan dan alat kontrasepsi dengan baik dan benar.

"Bagaimana penggunaan pengaman dan alat kontrasepsi yang baik dan benar tidak pernah didiskusikan. Jadi ini ironis sekali mengenai temuan dari tiga topik yang tidak pernah didiskusikan," ujarnya.

Di sisi lain, tiga topik lain yang paling banyak dibicarakan dalam edukasi seks antara orangtua dengan anak adalah tanda-tanda pubertas yang dialami (65 persen), hubungan seksual di luar nikah berdasarkan aturan agama dan budaya yang dianut (58 persen), dan seputar percintaan atau pertemanan di lingkungan sosial (52 persen).