Liputan6.com, Jakarta Calon haji yang hendak berangkat ke Tanah Suci bisa mengendalikan siklus menstruasi dengan mengonsumsi obat hormon progesteron. Penggunaan obat ini harus sesuai dengan resep dokter karena bisa jadi ada efek samping setelah mengonsumsinya.
Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan, M Ilhamy Setyahadi, efek samping bisa dirasakan tapi tergantung masing-masing individu.
Advertisement
"Setiap individu kan punya respons berbeda-beda terhadap obat. Misalnya, hari ini minum obat ya oke-oke saja (tidak ada keluhan), tapi bulan depan bisa saja berubah. Perubahan inilah yang harus diantisipasi. Kasusnya tidak banyak, tapi membuat kita tidak nyaman. Apalagi kalau harus minum obat tersebut terus menerus untuk menunda siklus menstruasi selama ibadah haji di sana," papar dokter yang karib disapa Ilham saat siaran Live Streaming Radio Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Rabu (31/7/2019).
Pada umumnya, efek samping yang terjadi berupa mual, muntah, pusing, dan migrain. Bahkan efek samping yang terjadi bisa kombinasi, ada yang mual disertai muntah-muntah.
"Tentunya, kondisi (efek samping) ini kan tidak nikmat. Yang paling parah juga bisa sesak napas juga alergi berupa gatal-gatal pada orang tertentu. Reaksi alergi ini dipengaruhi zat yang ada pada obat hormon," lanjut Ilham.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Memajukan Siklus Menstruasi
Efek samping dari obat hormon progesteron dapat dirasakan wanita bila minum obat tersebut selama beribadah di Tanah Suci. Dalam hal ini, minum obat hormon terus menerus untuk menunda siklus menstruasi. Cara ini demi mempertahankan atau menaikkan kadar hormon progesteron.
Kadar hormon progesteron yang naik tidak akan menimbulkan menstruasi. Seorang wanita haid bila, kata Ilham, saat kadar hormon progesteron mengalami penurunan.
Dia menyarankan untuk memajukan siklus menstruasi sebelum melakukan ibadah haji 40 hari.
"Keuntungan memajukan siklus menstruasi saat bepergian, kita tidak akan mengalami efek samping dari obat hormon progesteron. Ide memajukan siklus menstruasi agar selama perjalanan beribadah ya tidak minum obat hormon. Karena pas di sana sedang tidak berada dalam siklus menstruasi seperti biasanya," tambah dokter yang berpraktik di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta.
Untuk memajukan siklus menstruasi, obat hormon progesteron berbentuk pil ini diminum 2-3 bulan sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Sebelum berangkat haji bisa konsultasi ke dokter obstetri dan ginekologi mengingat setiap wanita butuh dosis yang berbeda-beda.
"Tergantung respons pasiennya, kembali lagi ke efek samping tadi. Kalau kuat, tidak mual, dosis bisa tetap dinaikkan. Yang pasti konsultasi dulu ya sebelum berangkat haji atau umrah. Mengendalikan siklus menstruasi ini perlu kerja sama baik antara dokter dengan pasien," Ilham melanjutkan.
Advertisement