Sukses

Pekan ASI Sedunia 2019, WHO dan UNICEF Serukan Tempat Kerja Ramah Laktasi

Pekan ASI Sedunia diperingati tanggal 1-7 Agustus untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya memberikan ASI minimal di enam bulan pertama kehidupan bayi.

Liputan6.com, Jakarta Setiap tahunnya, Pekan ASI Sedunia diperingati tanggal 1-7 Agustus untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya memberikan ASI minimal di enam bulan pertama kehidupan bayi. 

Pada Pekan ASI Sedunia tahun ini WHO bekerja sama dengan UNICEF untuk mempromosikan kebijakan yang ramah keluarga sehingga memudahkan  pemberian ASI. Selain itu mendorong orangtua mengasuh dan menjalin ikatan dengan anak di awal kehidupan karena ini masa masa penting untuk tumbuh kembangnya.

WHO dan UNICEF juga menyorot mengenai masih ada ibu cuti melahirkan tapi tidak mendapat gaji. Itu sebabnya mereka juga menyerukan regulasi soal cuti melahirkan berbayar minimal 18 minggu bagi ibu. Selain itu, adanya cuti bagi ayah berbayar untuk mendorong bahwa tanggung jawab merawat anak berdasarkan asas keseteraan seperti dilansir laman resmi WHO, Kamis (1/8/2019).

Selain itu, WHO dan UNICEF juga mendukung adanya tempat kerja ramah laktasi. Sehingga para ibu bekerja bisa memompa ASI dengan nyaman sehingga tidak terputus pemberian ASI walau ibu kembali beraktivitas. 

 

Tak diragukan lagi manfaat memberikan ASI pada bayi. Data menyebutkan pemberian ASI menyelamatkan lebih dari 800.000 jiwa anak setiap tahun. Selain itu, keuntungan menyusui juga pada ibu mulai dari menurunkan risiko ibu terkena kanker payudara, kanker ovarium, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung hingga dapat mencegah 20.000 kematian ibu setiap tahun akibat kanker payudara.

WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif dimulai dari satu jam setelah bayi lahir hingga berusia 6 bulan. Menyusui bisa dilakukan hingga anak berusia sekitar dua tahun.

Pekan ASI Sedunia ini dirayakan untuk memperingati Deklarasi Innocenti yang ditandatangani pada Agustus 1990 untuk melindungi, mempromosikan, dan mendukung menyusui. 

 

Penulis: Febrianingsih Alamako