Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu terakhir kualitas udara DKI Jakarta menjadi sorotan. Pasalnya, Jakarta masuk dalam kategori kategori kota paling polutif dunia. Data AirVisual menunjukan seringkali dalam beberapa waktu terakhir kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat.
Menurut Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, Agus Dwi Susanto mengungkapkan bahwa polusi udara terjadi akibat jumlah kendaraan bermotor di perkotaan yang sangat tinggai.
Baca Juga
“Tingginya jumlah kendaraan bermotor di perkotaan menyebabkan masyarakatnya memiliki konsekuensi terpapar polutan berbahaya, dari gas emisi kendaraan maupun partikal debu di jalan,” tutur Agus dalam diskusi bersama NexcareTM di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Advertisement
Polusi udara dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni di dalam ruangan dan luar ruangan. Dalam kasus indeks udara buruk di Jakarta, pemicunya utamanya adalah polusi udara yang terjadi di luar ruangan, seperti dari asap kendaraan dan sebagainya.
“Sumber terbesar polusi udara 80 persen sumber polusi udara luar ruangan, kendaraan bermotor. Kemudian nomer dua akibat industri, yang ketiga domestik produk misalnya, masyarakat membuang sampah,” jelasnya.
Tingginya gas emisi kendaraan bermotor menjadi sumber polusi utama di Jakarta. Banyaknya jumlah kendaraan di Ibu Kota menyebabkan kualitas udara menjadi buruk. Hal tersebut tentunya berdampak bagi kesehatan masyarakat.
Saksikan juga video menarik berikut
Siapa yang Rentan Terkena Dampak Polusi Udara?
Dampak kesehatan akibat indeks kualitas udara yang buruk dapat menyerang siapa saja. Baik itu anak- anak, orang tua, pekerjaan luar lapangan maupun ibu hamil
“Indeks udara 100 sampai 150 (ISPU) itu sensitif untuk kelompok-kelompok tertentu. Seperti anak- anak, orang tua, ibu hamil, pekerja luar ruangan, “ jelasnya
Hal tersebut berdampak pada kesehatan seperti terkena asma, penyakit paru, sakit tenggorokan, meningkatkan penyakit pernafasan akut ( ISPA) dan sebaginya. Kualitas udara yang buruk bagi anak-anak dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kanker.
“Berdasar penelitian ada hal khusus bagi anak- anak, jadi dia dapat meningkatkan risiko penyakit kanker pada anak dan menganggu fungsi kognitif. Juga menganggu fungsi perkembangan parunya juga akan terganggu,” jelas dokter spesialis paru yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta itu.
Advertisement