Sukses

Dengan Dukungan yang Tepat, Anak Autis Berpotensi Mengubah Dunia

Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih (YPP) bekerja sama dengan Yayasan Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI) kembali menyelenggarakan seminar seputar autisme, Rabu (7/8/2019), di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap Autisme Spektrum Disorder (ASD) sudah mulai meningkat. Meski demikian, orangtua dari anak-anak penyandang autisme kerap masih menghadapi tantangan ketika akan menyekolahkan anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Dukungan konkret di sekolah menengah dan perguruan tinggi untuk siswa penyandang autisme masih sangat minim di Indonesia.

Berangkat dari fenomena tersebut, Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih (YPP) bekerja sama dengan Yayasan Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI) kembali menyelenggarakan seminar seputar autisme, Rabu (7/8/2019), di Jakarta. Mengangkat tema Kunci Agar Murid Autis Sukses di Sekolah Menengah dan Universitas, YPP dan MPATI menghadirkan konsultan pendidikan dari Amerika Serikat Profesor Brad McGarry.

Dalam seminar yang bertempat di Auditorium SCTV Tower itu Brad McGarry yang merupakan Direktur The Autism Initiative di Mercyhurst University, AS, berbagi pengalamannya berinteraksi dengan siswa-siswa ASD hingga teknik yang dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar dengan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.

Brad mengatakan, apabila invidu dengan ASD diberikan kesempatan untuk fokus pada hal-hal yang menarik minat mereka, bukan tak mungkin individu-individu tersebut bisa berkontribusi bagi dunia. Brad menyontohkan tokoh-tokoh seperti Mozart, Albert Einstein, Temple Grandin, Steve Jobs hingga Bill Gates yang didiagnosis dengan spektrum autisme telah terbukti dapat berkontribusi melakukan perubahan pada dunia.

"Semua invidu tersebut menunjukkan karakteristik spektrum autistik. Steve Jobs pada tujuh tahun terakhir hidupnya harus menjalani perawatan intensif autisme. Banyak dari tokoh-tokoh tersebut telah menunjukkan kontribusi yang besar bagi masyarakat. Dan ketika mereka dapat benar-benar menikmati apa yang mereka lakukan, mereka dapat benar-benar mengubah dunia," ujar Brad.

Tak sekadar berbagi pengalaman dan ilmu yang dimiliki, Brad McGarry juga membawa serta anak didiknya di Mercyhurst University dalam kunjungannya kali ini. Siswa-siswa tersebut menjadi contoh nyata kesuksesan program khusus siswa dengan autisme di universitas itu. Mereka pun tak segan berbagi tips dan pandangan mengenai autisme agar masyarakat dapat lebih memahami individu autis.

 

 

2 dari 3 halaman

Kepedulian terhadap Autisme Meningkat

Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap autisme tampak dari jumlah peserta seminar yang melebihi target serta datang dari berbagai kalangan. Seminar yang semula hanya menargetkan 300 peserta umum itu membengkak menjadi sekitar 400 orang. Mereka terdiri dari orangtua anak dengan autisme, pengajar, terapis, hingga orang-orang yang tertarik untuk mempelajari seluk-beluk autisme.

Peserta merasa mendapatkan pengetahuan yang diperlukan dari seminar yang berlangsung kurang lebih tiga jam itu.

“Acaranya bagus banget karena orang tua yang memiliki anak dengan autisme dapat lebih mengerti step-step apa yang harus dilakukan sejak dini untuk mempersiapkan mereka sampai ke universitas,” ucap Naomi, ibu dari anak autisme.

Reshma Wijaya Bhojwani selaku pendiri Saraswati Learning Center, sekolah untuk anak berkebutuhan khusus juga memberikan komentar serupa.

“Bradley memberikan materi yang menjanjikan lewat program-program yang diberikan. Seminar ini juga dapat membuka mata kita karena Bradley membawa contoh anak autisme yang ia didik di Amerika. Bradley juga begitu realistik dan jujur dengan pencapaiannya,” ucap Reshma.

3 dari 3 halaman

Orangtua Kunci Keberhasilan Pendidikan Anak

Pendiri MPATI Gayatri Pamoedji pun menyatakan kegembiraannya melihat antusiasme para peserta seminar.

"Saya senang karena tahun ini yang datang lebih banyak. Pertanyaan-pertanyaannya juga bervariasi artinya yang datang itu tidak hanya orangtua tapi juga dari berbagai (kalangan), ada yang terapis, keluarga, guru. Artinya kesadaran masyarakat Indonesia, Jakarta, tentang bagaimana menangani anak autis itu sudah jauh lebih meningkat, terutama dibandingkan dengan saat pertama kali MPATI didirikan pada 1998," ujarnya.

Dengan mengutip pernyataan Brad McGarry sebelumnya, Gayatri kembali menekankan peran orangtua terhadap perkembangan dan pendidikan anak autis.

"Yang juga perlu dicatat, bahwa apa yang dikatakan Brad tadi, intinya tetap orangtua yang harus melakukan perubahan-perubahan karena terapis silih berganti. (Pengetahuan) tidak hanya diterapkan di orangtua yang (anaknya) sudah besar-besar tetapi kalau bisa justru malah dimulai dari (anak) usia dini," pungkasnya. 

Penulis: Diiviya Agatha

Video Terkini