Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), sekitar 52 persen penderita kanker paru di Indonesia didiagnosis tipe Small Cell Lung Cancer (SCLC). Tipe SCLC berasal dari sel-sel yang melapisi bronkus di pusat paru-paru.
"Tipe SCLC hampir seluruhnya disebabkan oleh kebiasaan merokok. Tipe kanker ini dikenal lebih agresif karena pada stadium lanjut lebih cepat menyebar ke bagian tubuh lainnya," jelas dokter spesialis paru Sita Laksmi Andarini kepada Health Liputan6.com melalui keterangan rilis, ditulis Senin (12/8/2019).
Advertisement
Kanker paru juga punya tipe Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC), yang biasanya berasal dari sel-sel kelenjar di bagian luar paru-paru.
Untuk menangani kedua tipe kanker paru sekaligus meningkatkan kualitas hidup pasien, pengobatan kanker paru saat ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode operasi, dengan mengangkat atau mengoperasi jaringan sel kanker yang menyebar di organ vital.
"Ada juga terapi radiasi yang membunuh sel kanker paru menggunakan sinar berenergi tinggi seperti sinar-X juga kemoterapi. Terapi target yang menggunakan obat-obatan khusus untuk mengecilkan, membunuh, memblokir pertumbuhan, dan penyebaran sel kanker," lanjut Sita.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Peningkatan Kasus Kanker Paru
Kanker paru-paru memiliki jumlah kasus baru terbanyak di dunia, yaitu sebesar 2,1 juta atau 11,6 persen dari total beban kejadian kanker di dunia.
Data dari Kementerian Kesehatan, kasus kanker paru di Indonesia meningkat pesat, yakni berada di urutan ke-8 di Asia Tenggara dan urutan ke-23 di Asia sebagai negara dengan angka kejadian kanker yang berada di zona serius.
Angka ini meningkat 10,85 persen dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data dari GLOBOCAN 2018, merokok adalah penyebab tertinggi kanker paru, sebesar 80 persen dari keseluruhan kasus pada 2018.
“Peningkatan angka kasus kanker paru di Indonesia telah masuk pada tahapan memprihatinkan.Yang lebih diperhatikan juga soal lingkungan kerja bisa menjadi penyebab lain timbulnya kanker ini. Misalnya, pabrik tambang, semen, dan keramik yang cenderung terpapar radiasi serta bahan kimia karsinogenik. Ini akan memicu tinggi terjadinya kanker paru" Sita menerangkan.
"Kami, para praktisi kesehatan, mengajak agar masyarakat Indonesia untuk terus menerapkan prinsip gaya hidup sehat dengan didukung setidaknya berolahraga 30 menit sehari demi kesehatan paru-paru.”
Advertisement