Sukses

Ekspedisi Destana BNPB, Siapkan Masyarakat Hadapi Tsunami

Tim Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) BNPB 2019 menyiapkan masyarakat hadapi tsunami.

Liputan6.com, Serang Tim Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah memasuki wilayah Serang, Banten kemarin (13/8/2019). Mereka menjelajahi 512 Desa di 24 kabupaten/kota sejak 12 Juli 2019 lalu. Hingga kini tim menghabiskan waktu selama 32 hari.

Ekspedisi yang dilakukan demi penguatan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana tsunami. Kegiatan ini juga terkait pengembangan Desa Tangguh Bencana yang berada di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa. Ekspedisi ini juga melibatkan lima pihak pentahelix, yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, lembaga usaha, dan media.

Deputi Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menyampaikan, BNPB sebagai lembaga negara diberi tugas untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana. Dalam hal ini melindungi masyarakat berisiko yang berada di desa/kelurahan titik bencana.

"Ekspedisi Destana Tsunami ini terbagi dalam empat kategori, yakni segmen Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten. Masing-masing segmen diikuti 200 orang. Sebanyak 42 ribu masyarakat yang kami datangi, lebih dari 3.700 orang perangkat desa yang kami berikan pemahaman bencana," ucap Lilik sesuai keterangan tertulis kepada Health Liputan6.com, ditulis Rabu (14/8/2019).

Simak Video Menarik Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tidak Punya Rambu Peringatan Tsunami

Target Tim Destana BNPB tahun ini menyasar 518 desa. Namun, hanya tercapai 512 desa yang berhasil disosialisasikan tentang kesiapsiagaan dan potensi tsunami.

"Kendala di lapangan banyak kami alami, termasuk penolakan dari kepala daerah tersebut," ungkap Lilik. 

Tim Destana menemukan tingkat kesiapsiagaan cukup baik, terutama daerah yang sudah pernah mengalami tsunami. Namun, masyarakat yang belum mengalami tsunami langsung masih banyak belum paham dan tidak tahu harus evakuasi ke mana bila bencana terjadi. Selain itu, infrastruktur ada yang masih belum memadai untuk evakuasi.

"Dari timur Jawa ke barat, masih banyak daerah wisata. Hampir sebagian besar tidak punya rambu peringatan tsunami. Hal ini sangat riskan bagi keselamatan pengunjung," Lilik menambahkan. 

 

Â