Liputan6.com, Serang Memperingati Hari Pramuka ke-58, yang jatuh tepat hari ini (14/8/2019), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengajak seluruh warga meningkatkan kesiapsiagaan bencana.
Dalam sambutannya, Doni menyampaikan, peristiwa alam merupakan kejadian yang terjadi berulang pada periode yang akan datang. Untuk mengenali ancaman bencana perlu mempersiapkan strategi dan tangguh menyelamatkan diri dari bencana.
Advertisement
"Solusi dari bencana tsunami adalah melakukan pencegahan, salah satunya membuat benteng alam dengan menanam pohon, vegetasi vegetatif yang dapat dilakukan semua orang," ujar Doni melalui keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Rabu (14/8/2019).
Demi menyelamatkan jiwa manusia dapat membuat rencana kontijensi, memastikan koordinasi, dan alur informasi yang sampai langsung kepada masyarakat serta simulasi bencana.
Siaga terhadap bencana alam memang diperlukan. Suka atau tidak suka kita tinggal di daerah bencana, seperti kejadian tsunami di Selat Sunda. Sampai sekarang belum ada alat yang dapat memastikan kapan terjadinya gempa.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Tangguh Hadapi Bencana
Indonesia memiliki 190.000 km pesisir pantai. Adanya keterbatasan personil dan anggaran, BNPB tidak dapat melakukannya sendiri terkait bencana.
"Karena urusan bencana menjadi urusan bersama, semua komponen harus berperan. Masyarakat harus mulai sadar, memahami, dan punya daya yang lebih kuat agar tangguh menghadapi bencana," ucap Doni dalam peringatan Pramuka beserta jajaran BNPB dan ribuan anggota Pramuka dari berbagai daerah serta relawan penanggulangan bencana di Serang, Banten.
Salah satu program BNPB dalam upaya penyadaran bencana adalah Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami. Ekspedisi Destana menargetkan millenial dan seluruh masyarakat.
"Kaum yang paling rentan terdampak bencana, yakni perempuan dan anak-anak. Kedepannya akan kami lanjutkan (program Destana). Latihan juga tidak hanya siang hari, tetapi juga bisa simulasi (bencana) di malam hari," Doni menambahkan.
Advertisement
Tidak Perlu Tunggu Bunyi Sirine
Mengenai upaya pencegahan bencana, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita menyarankan, jika adik-adik mengalami gempa lebih dari 10 detik, langsung lari ke tempat yang lebih tinggi.
"Tidak perlu menunggu adanya bunyi sirine. Karena tergantung pemerintah daerah yang membunyikan. Peringatan dini tsunami sudah dirancang 11 tahun lalu," jelas Dwikorita yang juga hadir di acara itu.Â
Provinsi Banten memiliki potensi pariwisata yang potensial. Daerah wisata di sepanjang Banten termasuk aman untuk dikunjungi. Diharapkan selalu waspada jika terjadi bencana. Ketahui arah evakuasi dan bagaimana cara menyelamatkan diri.
Pemerintah daerah juga menyiapkan tanda atau rambu bencana sehingga wisata pantai aman dikunjungi, tanpa harus takut ada bencana.
"Kami sudah meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengkolaborasikan dengan alat sistem peringatan dini dan pelatihan simulasi bencana," tutur Sekretaris Daerah Provinsi Banten Al Muktabar.