Sukses

6 Tahun Mengira Kejang karena Menstruasi, Wanita Ini Ternyata Alami Kanker Otak

Bermula dari kejang saat menstruasi, saat diperiksa ternyata tumor otak yang nyaris kanker otak

Liputan6.com, Jakarta - Karissa Ostheimer, 34 tahun, sering mengalami kejang yang membuat tubuhnya kaku dan tidak dapat berbicara selama beberapa menit. Dia mengaku bahwa sejak usia remaja sudah mengalami kondisi tersebut.

Bila penyakitnya itu kumat, Karissa tidak dapat berbicara, membaca, dan menulis. Orang terdekat yang melihat dirinya seperti itu sering mengira Karissa sedang melamun.

Menurut Karissa, dia mengalami kejang begini ketika sedang menstruasi. Karissa sudah pergi ke dokter untuk mengecek kesehatannya, dan dokter mengatakan kalau dirinya hanya mengalami PMS biasa. 

"Dan saya diberikan pil KB. Namun, ini tidak menyelesaikan apa pun," kata Karissa.

Menjelang tahun terakhirnya di universitas, sensasi yang aneh tersebut mulai terjadi sepanjang bulan.

Teman-temannya mengaku, mereka menyaksikan Karissa kejang layaknya melihat hantu. Namun, dokter tetap mendiagnosis dirinya mengalami dysphoric pramenstruasi, yakni suatu bentuk PMS yang parah. Dokter juga mengungkapkan bahwa mungkin Karissa memiliki gangguan panik.

“Saya diberitahu untuk tetap menggunakan pil KB dan mengunjungi psikiater untuk meminta antidepresan,” katanya.

 

2 dari 3 halaman

Kejang yang Dikira Menstruasi Biasa

Karissa semakin merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Ia mengaku tidak ada satupun temannya yang mengalami hal serupa, tapi ketika bertanya kepada dokter, mereka hanya menyarankan saya untuk tidak khawatir dan tidak panik karena itu hanya menstruasi biasa

Pada liburan musim semi, orangtua Karissa menyaksikan putrinya kejang yang sangat parah. Tangannya kaku hingga menjatuhkan secangkir kopi dari tangannya. Ketika dibawa ke UGD, dokter hanya menanyakan hal-hal terkait minuman beralkohol.

Lalu pada suatu ketika, dokter malah menyarankannya menemu ahli saraf setelah Karissa mengalami kecelakaan parah. Dia pun menjalani tes electroencephalogram (EEG), yang dapat mencatat aktivitas listrik di otak. Hasilnya menunjukkan bahwa Karissa mengalami kejang dengan rata-rata 20 kali per hari.

Karissa didiagnosis epilepsi katamenial dan mengonsumsi obat anti-kejang selama beberapa waktu. Namun, setelah enam bulan tidak memiliki efek apapun, ahli saraf melakukan tes MRI pada otak pada Karissa. Hasilnya menunjukkan bahwa Karissa mengidap tumor otak.

“Ketika dokter memberi tahu saya bahwa itu adalah tumor, perasaan saya campur aduk. Saya seakan menolak, tapi akhirnya saya lega karena memiliki jawaban tentang penyebab kejang-kejang saya selama ini. Saya merasa marah dengan dokter-dokter yang selama ini salah mendiagnosis saya,” kata Karissa.

 

3 dari 3 halaman

Tumor Otak yang Dikira Menstruasi Biasa

Tumor tersebut bersifat kanker, posisinya berada di lobus temporal kiri. Area tersebut mengendalikan respons rasa takut dan pemahaman kata. Itu yang menyebabkan Karissa tidak dapat berbicara setiap kali alami kejang. Karissa kemudian menjalani operasi untuk mengangkat tumor.

Keadaan Karissa kian membaik pasca operasi. Namun, dia masih mengalami efek samping dari operasi, yang membuatnya sulit mengucapkan kata-kata yang dia ingin katakan.

“Jika selama sembilan tahun ini didiagnosis dengan benar, mungkin hasilnya akan berbeda. Saya menyarankan untuk siapapun agar tidak menerima diagnosis secara mentah. Dan jangan menunggu sesuatu sampai fatal untuk melakukan tindakan medis,” katanya Karissa.

 

Penulis: Diviya Agatha

Video Terkini