Sukses

Walau Patut Diapresiasi, Kayu Bajakah Belum Tepat Disebut Sebagai Obat Kanker

Temuan kayu Bajakah sebagai obat kanker tersebut rencananya akan dipatenkan

Liputan6.com, Jakarta Tanaman Bajakah akhir-akhir banyak diperbincangkan masyarakat. Pasalnya, Kayu Bajakah diklaim bisa menjadi obat yang menyembuhkan penyakit kanker payudara.

Informasi itu mencuat setelah dua siswi SMA 2 Palangka Raya, Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri meraih medali di ajang World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan karena penelitiannya pada Kayu Bajakah sebagai obat kanker payudara.

Bahkan, keberhasilan itu juga mendapat sorotan dari Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran. Dia mengatakan akan membantu proses paten temuan tersebut.

"Yang mereka temukan ini sangat luar biasa. Bukan saja hanya dibutuhkan oleh orang Kalteng, tapi Indonesia bahkan dunia. Jadi jangan sampai nanti hasil karya intelektual ini justru diakui oleh orang lain, apalagi oleh negara lain," kata Sugianto seperti dikutip dari JawaPos.com pada Kamis (15/8/2019).

Namun, klaim tersebut menimbulkan pertanyaan dan pro-kontra tersendiri.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Kandungan yang Lebih Bersifat Mencegah

Dokter Sepriani Timurtini dari KlikDokter mengatakan bahwa kurang tepat apabila kayu Bajakah disebut sebagai penyembuh kanker.

"Sejauh ini, penyembuhan kanker masih tergantung dari jenis kankernya, terapinya bisa dengan kemoterapi, radioterapi, atau reseksi," ujarnya seperti dikutip dari KlikDokter.

Meski begitu, dokter yang akrab disapa Sepri ini mengatakan bahwa kayu Bajakah memiliki kandungan flavonoid yang lebih bersifat pada pencegahan daripada pengobatan. Zat tersebut diketahui mampu mencegah radikal bebas dalam tubuh.

"Salah satu teorinya, sel kanker bisa bermutasi karena radikal bebas. Makanya kalau radikal bebas ditangkal dengan zat-zat itu, kanker diharapkan bisa tercegah," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Tetap Lakukan Pengobatan Medis

Sepri tidak melarang pasien melakukan pengobatan herbal semacam itu. Namun dia menyarakankan untuk tetap melakukan pengobatan medis meski pasien juga menjajal khasiat kayu Bajakah.

"Sebenarnya, kalau sudah divonis terkena kanker dan mau mencoba khasiat kayu Bajakah boleh-boleh saja. Asal, tetap berpikiran bahwa pengobatan medis lebih dianjurkan dan pengobatan seperti itu biasanya sulit untuk menyembuhkan."

Di sisi lain, dia tetap memberikan apresiasi terhadap penelitian yang telah dilakukan oleh kedua siswi tersebut. Menurutnya, hal semacam ini mungkin tidak terpikirkan oleh anak seumuran mereka.

Eko Suhartono, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat yang terlibat dalam studi itu, juga menyatakan bahwa penelitian itu masih awal dan perlu studi lebih lanjut soal manfaat kayu Bajakah.